Pages

Monday, January 25, 2010

Sekilas Mengenai Agama Penduduk Jepang

Masyarakat Jepang mempunyai pandangan yang sangat sekuler dan tidak begitu peduli pada keberadaan agama. Menurut Statistik mengenai agama (tahun 1992) yang disusun oleh Departmen Pendidikan Jepang, pengikut agama Shinto^; berkisar 106.643.616 orang, agama Budha sebanyak 95.765.996 orang, Kristen (termasuk Katolik) 1.486.588 orang, yang lainnya 10.833.994 orang. Perkiraan ini sering digunakan sebagai referensi oleh ilmuwan asing, tetapi keakuratan angka tersebut masih dipertanyakan.
Di Indonesia ada KTP dimana di dalam KTP tertulis agama seseorang. Sedangkan bangsa Jepang tidaklah mengenal KTP. Karena itulah sulit bagi orang Jepang menjelaskan dirinya mempercayai agama apa meskipun sebenarnya kepercayaan seseorang terhadap agama tidak dapat terpatri pada keterangan KTP. Masyarakat Jepang menganggap agama hanyalah adat atau kebiasaan. Menurut beberapa pendapat, sekitar 70% orang Jepang menjawab tidak memeluk agama apa pun. Alasannya karena orang Jepang merasa repot jika memilih salah satu organisasi agama yang dikendalikan oleh ajaran tertentu. Dalam undang-undang dasar Jepang, pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan agama.
Ketika perang dunia kedua berakhir, orang Jepang memutuskan bahwa negaranya harus berdasarkan atas pemisahan agama dari negara. Memang tidak ada sekolah agama negara ( seperti IAIN di Indonesia). Ada pula larangan keras memakai anggaran negara untuk hal-hal agama. Apabila ada kasus pengeluaran anggaran negara untuk upacara keagamaan, kasus ini diadukan ke pengadilan sebagai pelanggaran undang-undang dasar. Di Jepang pernah orang Kristen menjadi Perdana Menteri, namanya O^HIRA Masayoshi, selama dari tahun 1978 sampai 1980. Memang jumlah orang Kristen hanya 1% dari penduduk Jepang, tapi hal O^HIRA adalah orang Kristen tidak sama sekali menjadi masalah dan tidak sama sekali mempengaruhi kebijaksanaannya. Kebanyakan orang Jepang tidak begitu peduli, asal tidak fanatik, agama yang di anut penguasanya.

Seperti penjelasan singkat di atas, masyarakat Jepang sekarang menjadi sangat sekuler. Agama yang dominan, seperti Islam di Indonesia, tidaklah ada. Pada masa lalu, agama yang dominan itu agama Buddha. Tetapi, di bawah kontrol selama 250 tahun oleh pemerintah TOKUGAWA BAKUFU (TOKUGAWA adalah nama warga SHOGUN, BAKUFU artinya pemerintah), agama Buddha menghilangkan daya dinamis sebagai agama dalam rakyat. Sebelum TOKUGAWA BAKUFU berdiri, sering meletus pembrontakan rakyat yang berdasar atas keyakinan agama Buddha. Karena itulah Pemerintahan TOKUGAWA BAKUFU perlu mewaspadai dan mengontrol agama Buddha.
Untuk memenuhi Kebutuhan rakyat dalam bidang spiritual, pada abad 19 (akhir zaman EDO, nama kuno Tokyo), beberapa agama baru mulai muncul. Sejak saat itu hingga sekarang, kedudukan dominan agama Buddha secara berangsur-angsur digantikan oleh agama-agama baru. Sekarang, pengikut agama Budha, kebanyakannya "Budhis KTP" (seperti Islam KTP di Indonesia ^_^). Walaupun begitu, saya tetap tidak mengerti mengenai agama yang dianut oleh penduduk Jepang karena ketika mereka di lahirkan mereka beragama Shinto. Kemudian saat beranjak remaja mereka mengenakan salib sebagai liontin dan pergi ke gereja setiap minggu. Namun, ketika meninggal mereka dikremasi layaknya penganut agama Budha. Kesannya seperti mempermainkan Tuhan saja. Walaupun begitu, kebudayaan Jepang tetap menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi saya termasuk agama penduduknya.

SEPENGGAL KISAH MENGENAI TIBET

Tibet adalah salah satu provinsi di Republik Rakyat Cina yang merupakan Daerah Otonomi Khusus RRC dan diberi nama Cina Xizang. Cina Xizang berarti berada di pegunungan Himalaya dan sering dikatakan sebagai puncak dunia. Tibet berbatasan dengan Nepal, Bhutan, India serta Xinjiang, Qinghai dan Sichuan di Cina. Mayoritas penduduknya beragama Buddha, dengan Lhasa sebagai ibu kotanya.
Dulunya Tibet adalah sebuah kerajaan merdeka yang mengalami interaksi maupun benturan terutama secara politik dengan dinasti-dinasti yang ada di dataran Cina. Raja Tibet diberi gelar Dalai Lama dimana Dalai Lama yang sekarang, Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14. Dalai Lama adalah pemimpin negara Tibet dan sekaligus pemimpin keagamaan.
Tibet menjadi provinsi Cina setelah serbuan tentara merah Cina pada tahun 1950 ke wilayah ini, pada musim gugur 1951 pasukan Cina berhasil menguasai ibu kota Lhasa dan mendongkel Dalai Lama dari kekuasaannya. Dalihnya, Dalai Lama menolak kesepakatan kerjasama bertajuk "Rencana Pembebasan Damai Tibet" yang teorinya nampaknya menguntungkan Tibet, namun prakteknya Cina melakukan penindasan dan pembantaian terhadap kepala suku dan sejumlah pendeta ("Lama") yang dianggap membangkang, alasan lain Cina adalah "menghapus praktek penindasan bergaya feodalisme" di Tibet. Namun menurut beberapa analis internasional, Cina mengincar kandungan mineral yang terkandung didalam bumi Tibet.
Pada tanggal 17 Maret 1959, Dalai Lama berhasil meloloskan diri dari pengakapan tentara Cina ke India oleh usaha pelarian yang dipimpin oleh Gampo Tashi dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India utara hingga saat ini.
Rakyat dan pemuka Tibet sempat melakukan perlawanan terhadap pendudukan Cina yang menimbulkan banyak korban jiwa tersebut. Namun karena tidak seimbangnya kekuatan persenjataan dan tidak adanya perhatian internasional, perlawanan Tibet, khususnya pada dasawarsa 1970-an, berhasil dipadamkan.
Masalah Tibet menjadi ganjalan dalam hubungan internasional Cina dengan dunia internasional terutama hubungannya dengan Amerika Serikat. Namun setelah kunjungan presiden AS, Richard Nixon ke Cina yang mengawali kontak diplomatik AS-Cina, masalah Tibet dianggap terlupakan atau selesai sampai sekarang. Terutama setelah pemimpin kedua Tibet, Panchen Lama, menyatakan bergabung dengan Beijing pada awal dekade 2000-an.

Selesai atau tidaknya konflik antara Tibet dan Cina tidak benar-benar saya ketahui. Akan tetapi, dari sebuah buku yang berjudul Escape Over The Himalayas saya menyimpulkan bahwa konflik itu belumlah selesai. Para amala dan paala masih saja mengirimkan anak-anak mereka ke tempat pengungsian karena sulitnya perekonomian dan demi pendidikan yang lebih baik. Para biksu dipenjara dan diperlakukan layaknya binatang oleh tentara-tentara Cina. Karena itulah rakyat Tibet masih menganggap Dalai Lama sebagai Dewa dan Pemimpin mereka yang sah. Masih banyak pelarian menuju Dharamsala yang dilakukan oleh rakyat Tibet. Maslahnya bukan hanya sekedar kesulitan ekonomi, melainkan juga kebebasan dan kemerdekaan yang membuat rakyat Tibet melakukan pengungsian ke India Utara untuk bergabung dengan Dalai Lama mereka yang agung.
Kisah pilu rakyat Tibet itu tak ubahnya cerita rakyat kecil di Nusantara. Semoga kisah klasik itu dapat segera berakhir. AMIN

EUROPE



Eropa merupakan salah satu dari tujuh benua yang ada di dunia. Benua Eropa berbatasan dengan Samudera Arctic di sebelah utara, Samudera Atlantic di sebelah barat, Laut Mediterania pada bagian selatan, dan Laut Hitam di sebelah tenggara yang juga merupakan jalur penghubungmenuju Mediterania. Jika ditinjau dari wilayah perairannya, Benua Eropa adalah benua terkecil kedua di dunia, dimana luas wilayah perairannya sekitar 10.180.000 km2 atau 2% dari perairan Bumi dan kurang lebih 6,8% dari daratannya. Sebagai benua yang paling banyak dihuni setelah Asia dan Africa, Eropa memiliki populasi kira-kira 731 juta jiwa atau 11% dari populasi dunia.
Masyarakat dunia kerap kali mengidentikkan Eropa sebagai awal dari kebudayaan. Banyak orang datang ke Eropa karena ingin melihat museum-museum yang tersebar nyaris di semua negeri Eropa. Seharusnya penduduk di dunia ini menyadari bahwa Eropa tidak hanya sekedar benua dengan bangunan-bangunan kuno yang selalu menjadi pusat perhatian, tetapi di Eropalah ilmu pengetahuan ditemukan, dikembangkan, dan dipelajari hingga saat ini. Segala ilmu berasal dari Eropa. Siapa tak kenal Leonardo Da Vinci, Seniman Brilliant dengan karya-karyanya yang luar biasa. Albert Einstein, Aristoteles, Socrates,Beethoven, Mozart, dan semua tokoh luar biasa lahir dan besar di Eropa. Ditambah lagi Filosofi Eropa merupakan benang merah dari filosofi global serta sebagai pusat filosofi di Amerika dan sebagian besar negara dunia.

Jadi tidaklah keliru jika kita menyebut Eropa sebagai tanah Ilmu. Segala ilmu bisa kita reguk di benua biru tersebut. Bahkan ilmu tentang kehidupanpun dapat kita pelajari di Eropa. Puluhan universitas yang ada di Eropa dengan jutaan peminat dari berbagai bangsa dan negara dapat menjadi salah satu bukti bahwa Eropa bukan hanya negeri kolot dengan bangunan-bangunan tua yang berlumut, tetapi juga negeri yang menjadi ujung tombak perkembangan pengetahuan di muka bumi ini. Sekedar mengingat bahwa nyaris semua Negara Eropa pernah menjajah Negara-negar di Benua lain, termasuk Amerika. Bukannya ingin mengesampingkan negeri di benua lainnya, melainkan hanya untuk memberikan sedikit perubahan mengenai paradigma masyarakat mengenai Eropa.
Jelajahi Eropa,, tidak hanya untuk melihat gedung-gedung kuno, tetapi juga mencuri sedikit ilmu di sana untuk membangun negeri tercinta

Thursday, January 07, 2010

Deskripsi Singkat Mengenai Fisiologi Cekaman

Cekaman biasanya didefinisikan sebagai faktor eksternal yang memberikan pengaruh tidak menguntungkan pada tumbuhan. Baik dalam kondisi pertanian maupun alamiah, tumbuhan sering terpapar pada cekaman lingkungan.Beberapa faktor lingkungan seperti suhu dapat menyebabkan cekaman dalam beberapa menit, lainnya seperti kandungan air, mungkin memerlukan waktu berminggu-minggu, dan faktor seperti kahat mineral tanah dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk dapat menyebabkan cekaman.
Konsep cekaman sangat mudah dihubungkan dengan konsep toleransi terhadap cekaman ( stress tolerance) yang artinya kebugaran (fitness) dari tumbuhan untuk menghadapi lingkungan yang tidak bersahabat. Dalam literatur istilah stress resistance ( pertahanan terhadap cekaman) sering tertukar dengan istilah toleransi terhadap cekaman (Stress tolerance). Suatu lingkungan yang menimbulkan cekaman terhadap satu tumbuhan belum tentu menimbulkan cekaman pada tumbuhan lainnya.
Apabila toleransi bertambah sebagai akibat dari pemaparan sebelum cekaman, tumbuhan itu dikatakan teraklimasi (atau mengeras) . Aklimasi dapat dibedakan dari adaptasi , yang biasanya mengacu pada suatu tingkat resistensi yang ditentukan secara genetik yang diperoleh dari proses seleksi melalui banyak generasi. Sayangnya istilah adaptasi seringkali digunakan di dalam literatur untuk menyatakan aklimasi.

Tuesday, January 05, 2010

Gonad Ikan

Gonad merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari. Meskipun gonadotropin tidak secara langsung mempengaruhi perkembangan telur atau seperma ikan, namun mempengaruhi sekresi estrogen oleh sel folikel telur dan androgen oleh jaringan testis.  Estrogen  yang umum didapatkan dalam cairan ovarium teleostei adalah estradiol -17β yang merupan derivat dari 17αhydroxyprogesterone, sedangkan androgen yang umum disintesis adalah testosteron. Organ target estrogen adalah sel-sel hati.  Pada hati, estradiol berperan membawa pesan agar vitelogenin segera disintesis. Vitelogenin adalah bahan baku kuning telur yang di sekresi sel-sel hati dan dibawa ke gonad oleh darah. Sedangkan 17αhydroxyprogesterone terutama berperan pada akhir pematangan gonad untuk merangsang ovulasi ( Bond, 1979).
Berat gonad akan maksimal pada waktu  ikan akan memijah, kemudian akan menurun secara cepat dengan berlangsungnya musim pemijahan hingga selesai.  Ada dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad, yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam antara lain, perbedaan spesies, umur, ukuran serta sifat-sifat fisiologis dari ikan tersebut, seperti kemampuan adaptasi terhadap lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhinya yaitu makanan, suhu, arus dan adanya individu yang berlainan jenis kelamin dan tempat berpijah yang sama ( Rizal, 2009 ).
Menurut Effendie (1997), pertambahan bobot gonad ikan betina pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10 – 25 persen dari bobot tubuh, dan pada ikan jantan 5 – 10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin bertambahnya tingkat kematangan gonad, telur yang ada dalam gonad akan semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Kuo et al.  (1979) bahwa kematangan gonad pada ikan dicirikan dengan perkembangan diameter rata-rata telur dan pola distribusi ukuran telurnya.

DAFTAR PUSTAKA
  • Bond, C. E.  1979.  Biology of Fishes.  W.  B. Saunders :Philadelphia.

  • Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Yogyakarta

  • Rizal, D. Ahmad. 2009. Studi biologi reproduksi ikan senggiringan (Puntiun johorensis) di daerah aliran sungai Musi, Sumatra Selatan. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor : Bogor

SEKILAS TENTANG METABOLISME (RESPIRASI DAN MITOKONDRIA)

Respirasi
Pernafasan atau respirasi adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi bila sel menyerap oksigen, menghasilkan CO2 dan air, serta energi dalam bentuk energi kimia. Respirasi merupakan suatu proses katabolisme yang dilakukan sel hidup untuk menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan dipergunakan untuk berbagai aktivitas hidup. Berdasarkan kebutuhan oksigennya, respirasi terbagi menjadi dua. Respirasi pertama adalah respirasi aerob. Respirasi aerob adalah proses respirasi yang yang membutuhkan oksigen. Respirasi yang kedua adalah respirasi anaerob. Respirasi ini merupakan proses pembentukan energi tanpa menggunakan oksigen (Wiradikusumah, 1985).
Walaupun sangat berbeda mekanismenya, pada prinsipnya respirasi serupa dengan pembakaran bensin mobil setelah oksigen dicampur dengan bahan baker (hidrokarbon). Makanan merupakan bahan bakar untuk respirasi dan buangannya ialah karbondioksida dan air. Proses keseluruhannya dapat dirangkum sebagai berikut:
Senyawa Organik + O2        CO2 + air + Energi
Selain itu, respirasi dan fermentasi merupakan reaksi eksergonik karena melepaskan energi (Campbell, 2004).

Perbandingan Antara Fermentasi dan Respirasi
Fermentasi dan respirasi seluler masing-masing merupakan pilihan antara aerobic dan anaerobic untuk menghasilkan ATP. Kedua jalur ini menggunakan glikolisis untuk mengoksidasi glukosa dan bahan anorganik menjadi piruvat, dengan selisih hasil dua ATP oleh fosforilasi substrat. Pada fermentasi atau respirasi , NAD+ merupakan agen pengoksidasi yang menerima elektron dari makanan selama glikolisis. Perbedaan utama kedua proses ini ialah mekanisme untuk mengoksidasi NADH kembali ke NAD+, sesuatu yang dipertahankan untuk proses glikolisis. Respirasi seluler lebih banyak menghasilkan ATP per molekul glukosa , 19 kali lebih banyak daripada yang dihasilkan pada proses fermentasi, 38 ATP untuk respirasi dan 2 ATP untuk fermentasi (Tim Dosen ITS, 2004).

Mitokondria
Mitokondria dijumpai pada hamper semua sel eukariotik. Mitokondria memiliki panjang sekitar satu hingga sepuluhµm. Mitokondria dibungkus oleh suatu selubung yang terdiri dari dua membrane, masing-masing merupakan bilayer fosfolipid yang memiliki kumpulan protein. Membran luarnya halus, tetapi membrane dalamnya berlekuk-lekuk dan disebut Krista. Membran dalam membagi mitokondria menjadi dua membran internal. Ruang pertama merupakan daerah atau ruang intermembran, daerah sempit antara membran dalam dan membran luar. Ruangan kedua disebut matriks mitokondria. Ruang ini merupakan tempat berlangsungnya siklus krebs pada proses respirasi. Selain itu, matriks mitokondria merupakan suatu tempat dimana enzim yang berbeda dikonsentrasikan (Campbell, 2004).

DAFTAR PUSTAKA


Campbell,dkk.2004, BIOLOGI jilid 1,Erlangga: Jakarta

Tim Dosen ITS.2004, Diktat Biologi Umum, Program Studi Biologi FMIPA ITS: Surabaya

Wirahadikusumah, Muhamad.[1985], Biokimia,Metabolisme Energi, Karbohidrat, dan Lipid, Penerbit ITB: Bandung

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI MEIOFAUNA

Organisme laut bervariasi dan mewakili semua filum. Segenap organisme dipengaruhi oleh sifat air laut yang ada di sekeliling, dan banyak bentuk-bentuk yang umum dijumpai terhadap pergerakan air laut (Nybakken,1992). Keanekaragaman organism di daerah pasang surut cukup tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman organism yang hidup pada daerah pasang surut yaitu : suhu, gerakan ombak, salinitas, faktor-faktor lain (Nybakken,1992). 
a.       Suhu
Daerah pasang surut biasanya dipengaruhi suhu udara selama periode yang berbeda-beda, dan suhu ini mempunyai kisaran yang luas, baik secara harian maupun musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleran organism laut. Jika pasang surut terjadi jika suhu udara minimum (daerah sedang, dingin, kutub) atau ketika suhu udara maksimum (tropik), batas letal dapat dipercepat dengan meningkatnya suhu (Nybakken,1992). 

            b.      Gerakan ombak
Di daerah pasang surut, gerakan ombak mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap organisne dan komunitas dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Aktivitas ombak mempunyai kehidupan pantai yang mempunyai kehidupan pantai secara langsung. Pada pantai terdiri dari pasir atau kerikil, kegiatan ombak dapat membongkar subtract di sekitar sehingga mempengaruhi bentuk zona (Nybakken,1992). 
            c.       Salinitas
Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di daerah pasang surut melalui dua cara. Pertama, karena di daerah pasang surut dan kemudian digenangi air atau aliran akibat hujan lebat, akibatnya salinitas akan turun. Kenaikan salinitas terjadi jika penguapan sangat tinggi pada siang hari (Nybakken,1992). Oleh karena itu, spesies yang hidup harus mampu bertahan pada kondisi dengan tingkat salinitas yang berubah-ubah.Hasil praktikum menunjukkan bahwa nematoda ditemukan hampir setiap plot sehingga meiofauna jenis ini mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap perubahan sehu dan juga salinitas.


d.      Faktor-faktor lain
Faktor lainnya  yang berpengaruh bermacam-macam, meliputi pH, persaingan antar organism dan pemangsaan. Persaingan terjadi karena masing-masing individu berusaha untuk mendapatkan nutrisi, sehingga mempengaruhi pola penyebaran individu, demikian pula pemangsaan oleh organism lain berpengaruh terhadap penyebaran organism di daerah pasanag surut Daerah pasang surut biasanya dipengaruhi suhu udara selama periode yang berbeda-beda, dan suhu ini mempunyai kisaran yang luas, baik secara harian maupun musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleran organism laut. Jika pasang surut terjadi jika suhu udara minimum (daerah sedang, dingin, kutub) atau ketika suhu udara maksimum (tropik), batas letal dapat dipercepat dengan meningkatnya suhu (Nybakken,1992).

DAFTAR PUSTAKA  

  • Nybakken, J.W. 1992. Marine Biology : An Ecologycal Approach. Addison Wesley Educational Publishers Inc.

Monday, January 04, 2010

Ruaya Katsuwonus Pelamis (Cakalang)

Ikan cakalang menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis pada samudra Atlantik, samudra Pasifik, dan samudra Hindia. Secara umum, penyebaran yang dilakukan ikan cakalang dinamakan ruaya. Ruaya mempunyai arti enyesuaian dan peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan reproduksi suatu spesies ikan. Hal tersebut dilakukan dengan cara berpindah tempat. Chusing (1968) dalam Effendie (2002) mebgemukakan bahwa studi ruaya ikan merupakan hal yang fundamental untuk biologi perikanan, karena dengan mengetahui lingkaran ruaya akan diketahui batas-batas daerah mana stok atau sub populasi itu hidup.
Pada umumnya, ruaya ikan dibedakan atas dua macam yaitu amfibiotik dan holobiotik. Amfibiotik berarti suatu jenis ikan melakukan pergerakan dari perairan tawar menuju lautan atau dari air laut menuju perairan tawar. Amfibiotik ini dibedakan atas amfidrom (mencari makan) dan diadrom (memijah). Sementara itu, holobiotik diartikan sebagai pergerakan ikan di perairan tawar atau di lautan saja. Beberapa kalangan mengasumsikan bahwa jenis holobiotik bukanlah suatu ruaya karena seluruh hidup ikan dihabiskan di perairan tawar atau di lautan saja. Akan tetapi, asumsi tersebut dapat dibantah karena sebenarnya holobiotik adalah jenis ikan yang melakukan pergerakan atau beruaya hanya saja perpindahan yang dilakukan tidaklah dari air tawar ke air laut atau sebaliknya, tetapi beruaya dari satu lautan ke lautan lainnya atau dari suatu perairan tawar menuju perairan tawar lain. Dari penjelasan tersebut maka holobiotik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu potamodrom dan oseanodrom. Potamodrom adaljah jenis ikan yang hidup dan melakukan ruaya di perairan darat, sedsangkan oseanodrom merupakan jenis ikan yang hidup dan melakukan ruaya di lautan (Effendie, 2002).
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ikan cakalang dapat hidup nyaris di semua lautan yang ada di muka bumi ini karena itulah dapat dikatakan bahwa ikan cakalang termasuk jenis oseanodrom (hidup dan beruaya di lautan). Ruaya jenis cakalang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyebaran secara vertical dan penyebaran secara horizontal. Penyebaran secara vertical berarti penyebaran menurut kedalaman perairan, sedangkan penyebaran horizontal berarti penyebaran berdasarkan letak geografis suatu perairan.
Secara vertical, tujuan utama cakalang mengadakan ruaya adalah untuk melakukan pemijahan. Menurut Gunarso (1996) suhu optimum untuk ikan cakalang  berkisar antara 26-32 C, akan tetapi suhu optimum untuk melakukan pemijahan berkisar pada angka 16-25 C dengan salinitas 33%o. Karena membutuhkan suhu yang relatif rendah untuk melakukan pemijahan maka cakalang akan bergerak secara vertikal ke bawah permukaan air. Hal tersebut dikarenakan semakin dalam suatu perairan semakin rendah suhunya. Selain itu, peruayaan secara vertikal dilakukan cakalang untuk mengamankan telur-telurnya dari ancaman predator. Karena sebagai ikan oseanik, massa telur-telur cakalang lebih tinggi daripada massa air laut sehingga telur-telur tenggelam ke dasar perairan. Pada kedalaman tertentu dimana tersedia banyak pakan dan terhindar dari predator, telur cakalang akan menetas dan menjadi larva cakalang. Cakalang tidak akan melakukan pengasuhan terhadap larva-larvanya karena itu setelah telur menetas cakalang akan kembali ke kolom air. Larva-larva ikan cakalang juga akan melakukan ruaya vertikal ke permukaan  air untuk mencari makan. Namun, larva cakalang hanya melakukan penyebaran vertikal pada malam hari. Karena itulah pergerakan larva cakalaang ini dinamakan nocturnal vertikal (Effendie, 2002).
Penyebaran cakalang secara horizontal memiliki tujuan yang berbeda dengan penyebaran secara vertikal. Ruaya vertikal yang dilakukan oleh cakalang dimaksudkan untuk memijah, sedangkan ruaya secara horizontal dilakukan cakalang untuk mencari makan dan melakukan pengungsian. Cakalang sering membentuk gerombolan untuk melakukan ruaya jarak jauh dengan melawan arus. Karena biasa bergerombol di perairan pelagis hingga kedalaman 200 m maka cakalang dapat pula dikatakan sebagai brakheadrom yaitu ikan yang beruaya di perairan dangkal. Di samudra Hindia secara terus-menerus dan teratur cakalang bergerak mulai dari pantai Barat Australia, sebelah selatan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah selatan Pulau Jawa, sebelah barat Sumatra, laut Andaman, menuju kuar Pantai Bombay, di luar pantai Ceylon, sebelah barat Hindia, Teluk Aden, perbatasan samudra Hindia dengan pantai Sobali, pantai timur dan selatan Afrika dimana pergerakannya dilakukan pada bulan April hingga September. Sementara itu, di kawasan Atlantik ikan cakalang bergerak dari laut Barents menuju pantai utara Inggris Raya hingga ke kepulauan Bermuda pada September hingga februari.
Terkadang cakalang beruaya untuk melakukan pengungsian teritama jika perairan yang tengah didiaminya mengalami penurunan kualitas akibat pencemaran atau eksploitasi berlebih (over exploitation) yang dilakukan oleh manusia. Apabila kualitas suatu perairan menurun maka sumber pakan bagi cakalang bahkan bagi senua spesies perairan tersebut akan berkurang pula. Akibatnya tidak banyak individu yang memperoleh makanan sehingga tingkat kematian cakalang di perairan tersebut terbilang tinggi. Atau bahkan pencemaran tersebut dapat langsung mematikan cakalang. Karena itulah untuk meminimalkan tingkat kematian spesiesnya, cakalang akan mengungsi ke tempat yang kualitas perairannya stabil dengan ketersediaan pakan yang tinggi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ruaya Ikan Cakalang
A.Faktor Eksternal; terdiri atas :
1.      Suhu
Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting yang merangsang dan menentukan keberadaan ikan.  Suhu akan mempengaruhi proses metabolisme, aktifitas gerakan tubuh, dan berfungsi sebagai stimulus saraf. 
2.       Salinitas
Ikan cenderung memilih medium dengan salinitas yang lebih sesuai dengan tekanan osmotik tubuh mereka masing-masing.  Perubahan salinitas akan merangsang ikan cakalang dan jenis ikan lainnya untuk melakukan migrasi ke tempat yang memiliki salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya.
3.      Intensitas cahaya
Perubahan intensitas cahaya sangat mempengaruhi pola penyebaran ikan, tetapi respon ikan terhadap perubahan intensitas cahaya dipengaruhi oleh jenis ikan, suhu, dan tingkat kekeruhan perairan.  Ikan cakalang  mempunyai kecenderungan membentuk kelompok kecil pada siang hari dan menyebar pada malam hari.
4.      Musim
Musim akan mempengaruhi migrasi vertikal dan horisontal ikan, migrasi diindikasikan dikontrol oleh suhu dan intensitas cahaya.  Ikan pelagis dan ikan demersal mengalami migrasi musiman horisontal, mereka biasanya menuju ke perairan lebih dangkal atau dekat permukaan selama musim panas dan menuju perairan lebih dalam pada musim dingin.
5.      Matahari
Ikan-ikan pelagis, termasuk cakalang, yang bergerak pada lapisan permukaan diindikasikan menggunakan matahari sebagai kompas.
6.      Pencemaran air limbah
Pencemaran air limbah akan mempengaruhi migrasi ikan, penambahan kualitas air limbah dapat menyebabkan perubahan pola migrasi ikan.
B. Faktor internal; Terdiri dari :
1. Kematangan gonad
Kematangan gonad diduga merupakan salah satu pendorong bagi ikan untuk melakukan migrasi. Akan tetapi, ikan cakalang melakukan migrasi sebagai proses untuk pematangan gonad sehingga mampu memijah.
2. Insting
Semua jenis ikan mampu menemukan kembali daerah asal mereka meskipun sebelumnya ikan tersebut menetas dan tumbuh di daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya dan belum pernah melewati daerah tersebut. Kemampuan ini diindikasikan merupakan insting yang dimiliki oleh ikan bahkan oleh semua jenis hewan.
3. Aktifitas renang
Aktifitas renang ikan meningkat pada malam hari, kebanyakan ikan bertulang rawan (elasmobranch) dan ikan bertulang keras (teleost) lebih aktif berenang pada malam hari daripada di siang hari.
Pola distribusi, migrasi, daya pulih dan daya adaptasi ikan terhadap perubahan lingkungan merupakan landasan bagi upaya pelestarian sumberdaya ikan.  Informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan jumlah beban masukan bahan organik maupun anorganik ke suatu perairan agar tidak melebihi daya adaptasi dan mengganggu siklus hidup suatu jenis ikan (Musida, 2009).

DAFTAR PUSTAKA
  • Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Yogyakarta
  • Musida. 2009. Faktor-Faktor Ruaya Ikan. Diakses dari http://musida.web.id, pada tanggal 2 Januari 2010 Pukul 11.30 WIB



Mangrove Dan Sebarannya



Hutan mangrove atau mangal adalah sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi oleh pohon dan semak tumbuhan bunga (Angiospermae) terestrial yang dapat menginvasi dan tumbuh di lingkungan air laut. Hutan mangrove disebut juga vloedbosh, hutan pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan adalah hutan mangrove atau hutan bakau. Bakau sendiri merupakan nama pepohonan anggota genus Rhizophora . Istilah mangrove digunakan secara luas untuk menamai tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan baik pada ekosistem hutan tropis dan subtropics pasang-surut, meliputi pantai dangkal, muara sungai, delta, rawa belakang dan laguna. Kata mangrove merupakan perpaduan bahasa Melayu manggimanggi dan bahasa Arab el-gurm menjadi mang-gurm, keduanya sama-sama berarti Avicennia (api-api), pelatinan nama Ibnu Sina, seorang dokter Arab yang banyak mengidentifikasi manfaat obat tumbuhan mangrove. Kata mangrove dapat ditujukan untuk menyebut spesies, tumbuhan, hutan atau komunitas (Rusila, 2006).
Mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, pada garis lintang di antara 25oLU dan 25oLS di seluruh dunia, meliputi pantai tropis Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Sebagai perkecualian, mangrove ditemukan di selatan hingga Selandia Baru (38oLS) dan di utara hingga Jepang (32oLU). Faktor lingkungan setempat seperti aliran laut yang hangat, embun beku (frost), salinitas, gelombang laut dan lain-lain mempengaruhi keberadaan mangrove dalam batas-batas garis lintang di atas. Di Indonesia perkiraan luas mangrove juga sangat beragam. Giesen (1993) menyebutkan luas mangrove Indonesia 2,5 juta hektar, Dit. Bina Program INTAG (1996) menyebutkan 3.5 juta hektar dan Spalding, dkk (1997) menyebutkan seluas 4,5 juta hektar. Dengan areal seluas 3,5 juta hektar (dalam buku panduan ini), Indonesia merupakan tempat mangrove terluas di dunia (18 - 23%) melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha)dan Australia (0,97 juta ha) (Spalding, dkk, 1997). Walsh (1974) membagi dunia mangrove menjadi dua kawasan utama, yaitu kawasan Indo-Pasifik Barat yang meliputi Asia, India dan Afrika Timur, serta kawasan Amerika – Afrika Barat, berdasarkan keanekaragaman spesiesnya. Mangrove dari kawasan Indo-Pasifik Barat sangat terkenal dan beragam, terdiri lebih dari 40 spesies, sedangkan di Afrika Barat dan Amerika hanya sekitar 12 spesies. Terdapat perbedaan besar antara mangrove pada kedua kawasan ini. Dua genus utama mangrove, Rhizophora dan Avicennia, 6 memiliki spesies yang berbeda di kedua kawasan tersebut, mengindikasikan adanya spesiasi yang mandiri. Hal ini menunjukkan kawasan Indo-Malaysia, khususnya Indonesia merupakan pusat asal usul, keanekaragaman, dan distribusi mangrove.
Kebanyakan negara tropis, pada masa lalu memiliki hutan mangrove. Karena saat ini telah banyak kerusakan yang terjadi pada hutan mangrove maka banyak dilakukan suatu rehabilitasi dan restorasi terhadap lahan-lahan kosong yang berpotensi untuk ditumbuhi tanaman mangrove. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pelestarian tumbuhan mangrove yang memiliki berbagai potensi meguntungkan, baik bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang.
Pasang surut dan aliran sungai dapat mempengaruhi suhu air, serta suplai nutrien dan oksigen ke sistem perakaran. Tanah di daerah pasang-surut biasanya lembek, berlumpur dan sering anaerob. Spesies yang kurang toleran terhadap garam sering ditemukan di bagian atas zona pasang surut atau di tempat tempat yang memiliki masukan air tawar. Spesies yang toleran dapat tumbuh pada zona pasang surut dimana tingkat evaporasi tinggi sehingga tanah lebih asin dari pada air laut (hipersalin). Tumbuhan mangrove memiliki keunikan dalam kemampuannya tumbuh di lingkungan yang dinamis ini.
Flora mangrove memiliki sistem perakaran yang khas, sehingga bias digunakan untuk pengenalan di lapangan. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Akar pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari system akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia.
b.      Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera sp..
c.       Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora  sp.
d.      Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera. 
e.      Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora , Avicennia dan Acanthus (Onrizal, 2005).

DAFTAR PUSTAKA 

  • Rusila , Noor . 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia . PHKA/WHP : Bog

  • Onrizal, Rugayah, & Suhardjono. 2005. Flora mangrove berhabitus pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk. Biodiversitas 6 (1): 34-39