Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami tumbuhan ini meliputi negara - negara India, Birma, Kamboja, dan Thailand. Di Indonesia jati merupakan tumbuhan eksotik yang dikembangkan untuk berbagai kebutuhan diantaranya untuk bahan bangunan seperti kusen, pintu, jendela, flooring, dll, juga sebagai bahan baku furniture seperti meja, kursi, lemari, perabor rumah tangga, dll. Penyebaran jati di Indonesia seperti di Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22°-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam (Irwanto, 2006).
Budi daya hutan jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran baik di dalam maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan permintaan (Irwanto, 2006).
Saat ini, telah tersedia dan dikembangkan tanaman jati unggul yang memiliki siklus umur panen relatif pendek (fast growing teak) yang berasal dari pohon induk terpilih. Namun, untuk menyediakan tanaman jati unggul dalam jumlah banyak sulit dilakukan hanya melalui perbanyakan konvensional (stek atau sambungan) saja. Oleh karena itu, saat ini banyak digunakan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan. Bahkan kombinasi antara teknik kultur jaringan yang menyediakan materi vegetatif yang bersifat juvenil dengan teknik stek pucuk untuk perbanyakan skala masal merupakan solusi terbaik dalam mendapatkan bibit unggul jati yang seragam, dengan biaya lebih murah, dan dalam waktu lebih singkat.
Selama pelaksanaan proses kultur, banyak sekali masalah yang muncul sebagai pengganggu atau bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan kegiatan kultur yang dilakukan. Salah satu gangguan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kultur jaringan biasanya berasal dari individu tumbuhan atau eksplan yang digunakan. Misalnya, tumbuhan berasal dari alam/lapangan, kondisi tumbuhan yang terserang penyakit, dan bahan yang tersedia terbatas.
No comments:
Post a Comment