Pages

Wednesday, August 24, 2011

Suksesi

Komunitas bersifat dinamis yang berarti terjadi perubahan secara terus-menerus pada suatu ekosistem. Perubahan tersebut akan mengalami perkembangan dimana perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi.
Suksesi terjadi akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas ataupun ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis).
 
Di alam terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.

1. Suksesi primer
Terjadi karena komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, ataupun endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula diakibatkan oleh perbuatan manusia misalnya penambangan secara berlebih. 
Contoh suksesi primer (di Indonesia): suksesi di Gunung Krakatau. Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis tersebut mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Ketika tumbuhan perintis mati, pengurai akan muncul dimana nantinya zat yang terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan akan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem tersebut.

2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan masih ada. 
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, ataupun perkebunan yang tak terurus

Sunday, August 07, 2011

Sterilisasi Dan Inokulasi Eksplan Daun Anggrek


a. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi permukaan eksplan daun anggrek terdiri dari dua tahap yaitu sterilisasi tahap I yang dilakukan di ruang persiapan dan sterilisasi tahap II yang dilakukan di laminair air flow (LAF). Pada sterilisasi tahap I, daun anggrek diambil dari greenhouse dan dicuci dengan air mengalir selama beberapa menit, setelah itu dilakukan sterilisasi tahap II ,eksplan daun muda anggrek  dicelupkan pada ethanol 70% selama 1 menit kemudian dicuci dengan aquades steril, selanjutnya eksplan disterilkan dalam sodium hypochlorit konsentrasi 10% selama 5 menit kemudian disterilkan dalam konsentrasi 5% selama 10 menit, lalu dicuci dengan aquades steril secara bertingkat sebanyak 3 sampai 4 kali. Selanjutnya eksplan diambil dengan pinset dan ditiriskan pada kertas saring steril (Hendaryono, 1994).
b. Inokulasi Eksplan
Eksplan dipotong dipotong dengan ukuran ± 1cm2 dengan ketebalan ± 1mm. Daun diiris melintang menggunakan scalpel tajam dan steril. Media dibuka penutupnya, mulut botol media diarahkan pada api bunsen lalu eksplan ditanam dipermukaan media sebanyak 1 eksplan. Eksplan ditanam dengan posisi bagian perlukaan kontak dengan medium. Botol media ditutup menggunakan alumunium foil dan plastik dan diikat dengan karet. Media yang berisi eksplan diinkubasi di rak kultur dan diberi penyinaran 16 jam photoperiod dibawah suhu 25±1oC (Park et al, 2002).
Setelah eksplan diinokulasikan ke dalam botol kultur, botol ditutup rapat dan diberi label yaitu tanggal dilakukan inokulasi, setelah itu dilakukan inkubasi dan diamati perkembangan plb sesuai waktu penelitian.