Pages

Saturday, May 08, 2010

Menghitung Eritrosit Dan Leukosit

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di seluruh plasma darah, terdapat dua kelas sel darah yang menyebar yaitu eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih). Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut oksigen, sedangkan leukosit berperan dalam proses imunitas (pertahanan tubuh). Unsur seluler yang ketiga adalah keping darah yang berperan penting pada proses penggumpalan darah (Campbell, 2004).
Meskipun jumlah darah pada manusia umumnya sama (4-6 L), tetapi jumlah komponen sel-sel darahnya berbeda, terutama jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah sel-sel darah tersebut adalah jenis kelamin. Hidayati (2007) mengemukakan bahwa jumlah eritrosit pada laki-laki dewasa sehat berkisar 4,2 – 5,5 juta sel per milimeter kubik, sedangkan jumlah eritrosit pada wanita sehat berkisar pada 3,2 – 5,2 juta sel per milimeter kubik. Karena itulah kali ini dilakukan percobaan mengenai penghitungan eritrosit dan leukosit dengan dua probandus, yaitu laki-laki dan wanita, dimana penghitungannya dilakukan dengan menggunakan bilik hitung yang terdapat pada Haemacytometer Iproved Neubauer.
Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi pada percobaan ini adalah bagaimana menghitung sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) dengan menggunakan bilik hitung pada Haemacytometer Improved Neubauer.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk menghitung sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) dengan menggunakan bilik hitung pada Haemacytometer Improved Neubauer. 


METODOLOGI
Alat Dan Bahan
  • Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah haemacytometer, pipet tetes, pipet thoma, tissue, lanset, dan mikroskop. 
  • Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah darah segar (dari dua probandus), larutan hayem, larutan trunk, alcohol 70%, NaCl 0,9%, dan aquadest/air kran.

 Cara Kerja
Dua orang praktikan dipilih sebagai probandus, yaitu praktikan yang memiliki bobot badan tertinggi dan praktikan yang berat badannya mendekati berat badan probandus pertama.

Perhitungan Eritrosit
  • Pencarian Ruang Hitung
Counting chamber dibersihkan terlebih dahulu dengan kertas tissue, lalu ditetesi air dan ditutup dengan gelas penutupnya. Setelah itu dilakukan pencarian ruang hitung di bawah lensa objek mikroskop dengan perbesaran 100.

  • Preparasi Sel Darah Merah (Eritrosit)
Ujung jari probandus diolesi dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk dengan blood lanset steril. Darah dibiarkan keluar tanpa harus dipijat. Darah yang keluar kemudian dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 1, lalu dibersihkan ujung pipet dengan kertas saring. Jika terdapat gelembung udara, maka darah dikeluarkan kembali dan diulangi perlakuan seperti semula. Larutan hayem dihisap hingga tepat skala 101. Kemudian pipet dipegang kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk lalu dikocok dengan hati-hati selama ± 2 menit. Larutan yang terdapat dalam pipet pengencer kemudian dibuang 3-4 tetes, lalu diletakkan ujung pipet pengencer di counting chamber yang telah ditemukan ruang hitungnya, kemudian dibiarkan 1-2 menit hingga sel-sel darah mengendap. Larutan diusahakan tidak sampai mengalir ke parit di sekeliling counting chamber. Counting chamber yang telah siap kemudian di letakkan di bawah mikroskop untuk dihitung jumlah eritrositnya. Setelah itu dihitung pula eritrosit probandus kedua dengan prosedur yang sama.

Perhitungan Leukosit
  • Pencarian Ruang Hitung
Counting chamber dibersihkan terlebih dahulu dengan kertas tissue, lalu ditetesi air dan ditutup dengan gelas penutupnya. Setelah itu dilakukan pencarian ruang hitung di bawah lensa objek mikroskop dengan perbesaran 100.

  • Preparasi Sel Darah Putih (Leukosit)
Ujung jari probandus diolesi dengan alkohol 70%, kemudian ditusuk dengan blood lanset steril. Darah dibiarkan keluar tanpa harus dipijat. Darah yang keluar kemudian dihisap dengan pipet pengencer hingga skala 1, lalu dibersihkan ujung pipet dengan kertas saring. Jika terdapat gelembung udara, maka darah dikeluarkan kembali dan diulangi perlakuan seperti semula. Larutan turk dihisap hingga tepat skala 101. Kemudian pipet dipegang kedua ujungnya dengan ibu jari dan telunjuk lalu dikocok dengan hati-hati selama ± 2 menit. Larutan yang terdapat dalam pipet pengencer kemudian dibuang 3-4 tetes, lalu diletakkan ujung pipet pengencer pada counting chamber bersih, kemudian dibiarkan 1-2 menit hingga sel-sel darah mengendap. Larutan diusahakan tidak sampai mengalir ke parit di sekeliling counting chamber. Counting chamber yang telah siap kemudian di letakkan di bawah mikroskop untuk dihitung jumlah leukositnya.


HASIL DAN PEMBAHASAN


Data Pengamatan

Probandus
Eritrosit (sel/mm3)
Leukosit (sel/mm3)
Mahmud
2, 75 juta
1475
Pristy
1, 06 juta
1375
Indrawan
2, 96 juta
737,5
Rosiana
1, 35 juta
512,5

Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit manusia dengan menggunakan bilik hitung pada Haemacytometer Improved Neubauer. Praktikum ini dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah awal yang dilakukan yaitu menentukan probandus sebannyak 2 orang (untuk masing-masing kelompok). Penentuan probandus ini didasarkan pada jenis kelamin. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan perbedaan jumlah eritrosit pada laki-laki dan perempuan. Probandus yang telah ditentukan yaitu Pristi dan Rosiana (perempuan) dengan berat badan 49 kg dan Mahmud dan Indrawan (laki-laki) dengan berat badan 50 kg (Mahmud) dan 45 kg (Indrawan). Semua probandus tersebut diberi perlakuan yang sama. Pada laki-laki dan perempuan terdapat perbedaaan jumlah sel darah (baik sel darah merah maupun sel darah putih). Pada umumnya, jumlah sel darah (eritrosit dan leukosit) pada laki-laki jumlahnya lebih tinggi dari pada perempuan. Hal ini disebabkan karena pada wanita mengalami siklus menstruasi di mana setiap bulan mengeluarkan sejumlah darah akibat dari luruhnya dinding endometrium. Keluarnya darah pada wanita akibat siklus menstruasi menyebabkan jumlah total sel darah pada tubuh wanita berkurang atau lebih rendah dari pada jumlah total sel darah pada laki-laki.
Langkah selanjutnya yaitu mencari fokus dari mikroskop dengan cara meletakan counting chamber pada bagian stage dan menaikan perlahan lahan dengan menggunakan makrometer sampai terlihat daerah kotak perhitungan (bilik kamar hitung). Selanjutnya ujung jari kiri probandus diolesi dengan kapas yang telah diberi alkohol 70%. Menurut Waluyo (2008) larutan alkohol 70% bersifat disinfektan, yaitu mencegah kontaminasi dari mikroorganisme tertentu ujung jari probandus menjadi steril dan tidak infeksi.
Pada percobaan ini digunakan tangan kiri karena jaringan epidermis pada tangan kiri lebih tipis dibandingkan tangan kanan sehingga pembuluh darah lebih cepat terluka dan darah lebih cepat keluar. Pada percobaan ini juga digunakan ujung jari tangan kiri ke-3 atau ke-4 karena saraf-saraf di jari tengah dan jari manis (jari ke-3 atau ke-4) lebih sedikit dibandingkan dengan jari telunjuk atau jari yang lainnya sehingga apabila ditusuk tidak terlalu terasa sakit dibandingkan dengan jari yang lain. Dan hal ini memudahkan dalam pengambilan sampel darah dari probandus.  
Setelah steril dengan alkohol, ujung jari probandus ditusuk menggunakan jarum franke hingga keluar darah. Penusukan ini bertujuan untuk membuat luka (merusak) pembuluh darah sehingga darah mengucur keluar. Jarum yang digunakan pada masing-masing probandus harus baru atau berbeda sehingga tidak terjadi infeksi atau pencampuran darah yang tidak homogen. Kemudian dengan cepat darah yang mengucur keluar dihisap dengan pipet thoma dengan inti gelas merah dan inti gelas putih. Pipet thoma ini merupakan pipet yang digunakan untuk pengenceran darah. Pipet dengan inti gelas merah merupakan pipet pengencer untuk eritrosit dimana skalanya adalah 101, sedangkan pipet dengan inti gelas putih adalah pipet pengencer leukosit dengan skala 11. Perbedaan antara pipet thoma inti gelas merah dan inti gelas putih terletak pada volume kedua pipet tersebut dimana volume pipet inti gelas merah adalah 101 yang membutuhkan pengenceran 100-200 kali sedangkan pipet inti gelas putih adalah 11 dengan pengenceran 10-20 kali. Pengenceran terhadap eritrosit lebih tinggi dibandingkan pengenceran terhadap leukosit karena jumlah eritosit pada manusia jauh lebih banyak daripada jumlah leukositnya.
Selain penghisapan darah dengan pipet thoma secara cepat, untuk mencegah penyumbatan pada pipet thoma digunakan pula larutan NaCl. Selain itu, untuk meminimalkan gangguan saat pengamatan penghisapan darah harus dilakukan sacara hati-hati supaya tidak timbul gelembung di dalam pipet.
  
Menghitung Eritrosit

Untuk menghitung jumlah eritrosit, darah dihisap hingga skala 1 lalu diteruskan dengan menghisap larutan Hayem hingga skala 101, artinya pengenceran dilakukan 100 kali. Pengenceran dapat dilakukan hingga 200 kali jika darah dihisap hingga skala 0,5 dan konsentrasi darah terlalu pekat.

Sementara itu digunakan larutan Hayem sebagai pengencer eritrosit karena larutan Hayem mengandung zat-zat yang sifatnya tidak merusak eritrosit. Kandungan larutan Hayem tersebut berupa 5 gr Natrium Sulfat, 1 gr Natrium clorit, formalin 40% dan 200 ml air suling (Syaifuddin, 1997).
Natrium Sulfat merupakan salah satu zat antikoagulan sehingga mencegah aglutinasi atau penggumpalan darah. Selain itu, Natrium Sulfat berfungsi untuk melisiskan trombosit dan leukosit sehingga ketika pengamatan di bawah lensa objektif mikroskop hanya eritrosit saja yang terlihat. Natrium clorit pada larutan Hayem berfungsi sebagai zat isotonis pada eritrosit, sedangkan formalin 40% berfungsi untuk mengawetkan atau mempertahankan bentuk discoid eritrosit. Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa larutan Hayem berfungsi untuk :
1.      Larutan isotonis bagi eritrosit
2.      Pengencer eritosit
3.      Merintangi pembekuan darah (mencegah aglutinasi)
4.      Memperjelas bentuk eritrosit
5.      Mempertahankan bentuk discoid eritrosit
(Syaifuddin, 1997).
Setelah pengenceran kedua ujung pipet dipegang dan dikocok selama dua menit dimana pengocokan tersebut berfungsi untuk menghomogenkan larutan yang ada di dalam pipet thoma. Setelah itu sebelum dimasukkan ke dalam Haemacytometer, dua tetesan darah pertama dibuang. Prosedur ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan akurasi (validitas) sel darah yang akan dihitung karena pada ujung pipet thoma kemungkinan kecil tidak terdapat sel-sel darah, dimana ada dua kemungkinan. Pertama bagian ujung pipet thoma adalah larutan Hayem sedangkan darah terdapat di bagian pangkal (atas) pipet. Hal tersebut berkaitan dengan massa jenis sel darah dan larutan Hayem dimana massa jenis sel darah lebih rendah dibandingkan massa jenis larutan Hayem sehingga sel darah terletak di atas larutan Hayem.
Kemungkinan kedua adalah saat pengocokan darah dan larutan Hayem tercampur sempurna hanya pada gelembung pipet. Kemungkinan ujung pipet telah diisi oleh darah yang mengendap sehingga sulit dilewati oleh larutan di dalam pipet thoma. Oleh karena itulah larutan di ujung pipet harus dibuang agar data yang di dapatkan benar-benar akurat.
Setelah itu larutan diteteskan ke dalam counting chamber (daerah kotak perhitungan) yang ditutupi oleh kaca penutup. Kemudian diamati di bawah mikroskop dalam kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm) pada counting chamber serta dihitung jumlah eritrositnya.
Kotak yang digunakan untuk menghitung eritrosit adalah kotak R (kotak kecil yang terletak di tengah terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm). Kotak ini lebih kecil dari pada kotak perhitungan leukosit, yaitu kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm). Apabila pengenceran yang dilakukan tidak tinggi (seperti pada perhitungan leukosit), maka eritrosit yang terdapat pada kotak R sangat banyak sehingga tidak jelas dan susah diamati.
Dari hasil perhitungan dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit dari masing-masing probandus kurang dari normal. Hal ini dikarenakan selisih antara jumlah eritrosit normal dan data hasil praktikum berbeda jauh atau signifikan. Jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara ± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3.  Namun, jumlah eritrosit pada Mahmud hanya 2,705 juta sel/mmdan Indrawan sebesar 2,96 juta SDM/mm3. Sedangkan  jumlah sel darah merah probandus Pristi hanya 1,06 juta SDM/mm3 dan Rosiana sebesar 1, 35 juta SDM/mm3. Ketidaknormalan jumlah sel darah merah pada kedua probandus ini dikarenakanan adanya beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah pengenceran yang kurang besar sehingga sel darah merah terlihat menumpuk dan mengurangi keakuratan penghitungan. Selain itu, keabnormalan tersebut dapat pula diindikasikan sebagai akibat kurang telitinya praktikan sewaktu melakukan perhitungan di bawah lensa mikroskop. Faktor lainnya adalah kondisi tubuh yang kurang sehat dimana probandus Mahmud baru saja dirawat di rumah sakit sehingga dapat dikatakan kondisi fisiknya masih lemah. Karena menurut Guyton (1997) kondisi fisik seseorang dapat mempengaruhi volume sel darah merahnya.


Menghitung Sel Darah Putih (Leukosit) 
Dengan cara yang sama pada percobaan pertama, darah diambil dari probandus. Namun terdapat perbedaan yaitu pada pipet yang digunakan menggunakan skala 11 dan larutan pengencer yang digunakan adalah larutan turk. Komposisi dari  larutan Turk adalah 2% asam asetat glasial dan 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 475 ml air suling.  Syaifuddin (1997) mengemukakan bahwa asam asetat glasial berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan trombosit, sedangkan gentian violet merupakan zat warna ungu bersifat basa yang dapat berikatan dengan inti dan sitoplasma  sel sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang selanjutnya akan memudahkan perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel darah putih.
Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 kali. Hal ini disebabkan jumlah leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah eritrosit, yaitu 7.000-9.000 SDP/mm3 sehingga untuk menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi. Kotak yang digunakan untuk menghitung leukosit adalah kotak W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm) dimana ukuran kotak W lebih besar daripada kotak perhitungan eritrosit (kotak R). Apabila pengenceran yang dilakukan terlalu tinggi (seperti pada perhitungan eritrosit), maka jumlah leukosit yang terdapat pada kotak W sangat sedikit sehingga tidak mewakili jumlah SDP yang seharusnya. 
Selanjutnaya sel darah putih dihitung dengan cara yang sama dengan menggunakan mikroskop, tetapi bilik hitung yang diamati pada kamar W (kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm). Dari pengamatan yang telah dilakukan, diketahui jumlah leukosit pada counting chamber (kotak W) dari kedua probandus.
Dari hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa jumlah leukosit dari semua probandus adalah tidak normal. Jumlah leukosit normal pada manusia dewasa berkisar antara ± 4.000-11.000 SDP/mm3 sedangkan pada probandus Mahmud jumlah leukositnya hanya 1475 SDP/mm3  dan leukosit Indrawan sebesar 737,5 SDP/mm3. Sementara itu, jumlah leukosit pada probandus Pristi adalah 1375 SDP/mm3 ,sedangkan leukosit Rosiana adalah 512,5 SDP/mm3.
Dalam sel darah, jumlah leukosit lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah. Hal ini terkait dengan fungsi leukosit dan eritrosit. Menurut Campbell (2004), eritrosit berfungsi untuk mengangkut atau membawa oksigen yang berikatan dengan hemoglobin dari paru-paru ke seluruh jaringan dan organ. Beberapa karbon dioksida yang dihasilkan di dalam jaringan dan organ juga diangkut berikatan dengan hemoglobin ke paru-paru dan dikeluarkan, beberapa diubah menjadi asam karbonik yang dipecah. Sel darah merah juga berfungsi mengatur pH darah sedangkan leukosit berfungsi sebagai pengatur sistem imun pada tubuh. Karena itulah jumlah maksimum leukosit hanya akan tampak jika keadaan tubuh seseorang kurang sehat (sakit). Akan tetapi, jumlah leukosit tetap tidak akan sebanyak jumlah eritrosit manusia.  

Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Eritrosit Dan Leukosit
Meskipun pada berbagai literatur disebutkan jumlah eritrosit dan leukosit normal pada manusia, tetapi sebenarnya jumlah sel darah antar individu tidaklah sama. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa factor yang mempengaruhi jumlah sel darah kita.
Faktor yang pertama adalah jenis kelamin. Sesuai dengan literatur (Hidayati, 2007) jumlah eritrosit normal pada laki-laki dewasa berkisar antara ± 4,2 - 5,5 juta SDM/mm3 dan wanita dewasa sehat ± 3,2 - 5,2 juta SDM/mm3. Akan tetapi, jumlah tersebut tidaklah sama antar individu meskipun memiliki jenis kelamin yang sama. Hal tersebut dikarenakan aktivitas tubuh seseorang berbeda dengan aktivitas orang lain dimana semakin tinggi aktivitas seseorang, semakin banyak pula sel darahnya (khususnya sel darah merah). Kesehatan atau kondisi fisik seseorang juga sangat mempengaruhi jumlah sel darah. Seseorang yang sedang sakit memiliki jumlah sel darah putih yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat karena sel darah putih berfungsi pada proses imunitas/kekebalan tubuh seseorang. Selain itu, berat badan seseorang juga menjadi faktor penentu banyaknya sel darah. Dimana semakin berat badan seseorang, semakin banyak sel darahnya.
Jumlah sel darah manusia juga bergantung pada faktor keturunan/genetik. Misalnya seseorang yang terkena penyakit Hemofili atau anemia bisa menurunkan penyakit kelainan sel darah tersebut pada generasi selanjutnya.
Usia atau umur juga mempengaruhi jumlah eritrosit. Pada saat bayi baru lahir jumlah eritrosit berkisar 6,83 juta/ml, kemudian saat bayi tumbuh jumlah tersebut menurun hingga 4 juta sel/ml, kemudian naik lagi pada orang dewasa sehat kira-kira 4,5 juta sel/ml. Sumsum tulang dari semua tulang memproduksi sel darah merah sampai seseorang berusia lima tahun, tetapi sumsum tulang panjang (kecuali bagian humerus dan tibia) menjadi sangat berlemak dan tidak memproduksi sel-sel darah merah setelah kurang lebih usia 20 tahun. Setelah usia ini kebanyakan sel darah merah diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebra sternum, iga, dan ilium. Bahkan dalam tulang-tulang ini sumsum menjadi kurang produktif (Guyton, 1997).



KESIMPULAN

Setelah melakukan pengamatan dan menganalisis hasilnya maka dapat disimpulkan bahwa untuk menghitung jumlah eritrosit manusia dapat dilakukan dengan menggunakan counting chamber pada Haemacytometer dimana ruang hitung yang digunakan adalah kotak kecil yang terletak di tengah yang terbagi menjadi 25 bujur sangkar dengan sisi 1/5 mm (kotak R). Hasil perhitungannya adalah jumlah eritrosit Mahmud hanya 2,705 juta sel/mmdan Indrawan sebesar 2,96 juta SDM/mm3. Sedangkan  jumlah sel darah merah probandus Pristi hanya 1,06 juta SDM/mm3 dan Rosiana sebesar 1, 35 juta SDM/mm3dimana hasil tersebut menyebutkan bahwa jumlah sel darah merah keduanya tidak normal. Sedangkan pada perhitungan leukosit digunakan pula counting chamber pada Haemacytometer tetapi dengan kotak hitung yang berbeda yaitu kotak kecil yang terletak di bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak dengan sisi ¼ mm dan dikenal sebagai kotak W. Hasil perhitungannya juga menunjukkan ketidaknormalan yaitu pada probandus Mahmud jumlah leukositnya hanya 1475 SDP/mmdan leukosit Indrawan sebesar 737,5 SDP/mm3. Sementara itu, jumlah leukosit pada probandus Pristi adalah 1375 SDP/mm3 ,sedangkan leukosit Rosiana adalah 512,5 SDP/mm3.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Sel Darah Manusia. http://www.tanyadokter. com/disease.asp?id=1001355. www.google.com. Diakses pada tanggal 25 April 2010 pukul 14.00 WIB
Anonim. 2009. Abnormalitas Eritrosit. http://scumdoctor.com. Diakses pada tanggal 23 April 2010 pukul 19.45 WIB
Campbell. 2004. Biologi Jilid 3 Edisi ke-5. Erlangga: Jakarta.
Cappuccino. 2001. Microbiology: A Laboratory Manual. Benjamin Chummings : USA
Guyton dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. EGC Penerbit Buku kedokteran: Jakarta
Hidayati, Dewi. 2007. Modul Ajar Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi ITS : Surabaya.
Pearce, Evelyn C. 1979.  Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.Gramedia.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Bumi Aksara : Jakarta
Sumadi dan Aditya M. 2004.  Buku Ajar Biologi Sel. Semarang : Jurusan Biologi-FMIPA-UNNES.
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Yuwono, S.S., Sulaksono, Edhie., dan Yekti, R.P. 2009. Keadaan Nilai Normal Baku Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit Menular; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI : Jakarta
Waluyo, Lud. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Universitas Muhammadiyah Malang Press: Malang   
Watson, Roger. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat Edisi 10. EGC Buku Kedokteran : Jakarta.

No comments: