Pages

Saturday, May 29, 2010

Polinator Dan Karakteristik Tumbuhannya

Polinator pada umumnya mengunjungi tanaman berbunga dengan tujuan untuk mencari makan. Dalam hal ini bunga yang sedang mekar (anthesis) dan mengandung zat gula (nektar) yang merupakan sumber makanan bagi polinator. Arsitektur bunga yang meliputi ukuran, kedudukan organ reproduksi, aksesibilitas nektar, struktur bunga dan masa pembungaan semua mempengaruhi interaksi antara tanaman dengan polinatornya (Ghazoul, 1997).
Bunga yang bersifat zoidiofilli (zoidiogamy) biasanya memiliki ciri-ciri:
1. Memiliki warna yang menarik/mencolok
2. Menghasilkan sesuatu (zat) yang menarik atau menjadi makan binatang
3. Serbuk sari seringkali mengumpul dan berperekat sehingga mudah menempel pada tubuh binatang yang mengunjungi bunga tersebut
4. Terkadang memiliki bentuk yang khusus sehingga bunga hanya dikunjungi oleh jenis hewan tertentu saja. Misalnya pada tumbuhna Vanilla planifolia (panili) yang hanya bisa menghasilkan buah melalui penyerbukan dengan perantara serangga yang hidup di daerah itu.
5. Memiliki waktu mekar bunga yang berbeda dari bunga jenis lain. Misalnya pada tumbuhan dari familia Anacardiaceae dan Verbenaceae yang bunganya mekar pada malam hari sehingga penyerbukannya dilakukan oleh jenis hewan nocturnal (aktif di malam hari) seperti kelelawar. Jenis penyerbukan yang diperantarai kelelawar ini dinamakan Chyropterogamy.
Sebagian besar agen penyerbuk menunjukkan variasi yang spesifik dalam hal ukuran tubuh, kemampuan sensorik, perilaku pencarian makan dan sumber energi yang dibutuhkan,sehingga ada hubungan tertentu yang secara general dapat ditarik antara arsitektur pembungaan dengan tipe polinatornya (Faegri dan Van der Pijl, 1979).
Menurut Griffin dan Sedgley (1989) polinator disebut sebagai polinator efektif apabila dapat mengadakan kunjungan yang tetap pada bunga saat tepung sari masak dan putik reseptif, melakukan aktivitas pada kisaran kondisi cuaca/iklim yang sama dengan musim bunga, mengunjungi banyak bunga pada banyak pohon dalam satu populasi, membawa muatan tepung sari yang mencukupi, membuat kontak yang kontinu dengan kepala putik dengan cara yang dapat mengakibatkan terjadinya penyerbukan, dan terdapat dalam jumlah yang mencukupi.

Daftar Pustaka


  • Faegri, K. & van der Pijl, L. 1979. The Principles of Pollination Ecology. Third edition,
Pergamon Press, Oxford.
  • Ghazoul, J. 1997. Field Studies of Forest  Tree  Reproductive  Ecology.  ASEAN-           Canada Forest Tree Seed Center Project. Muak lek, Saraburi.
  • Griffin, A.R. & Sedgley, M. 1989. Sexual  Reproduction  of  Tree  Crops.  Academic            Press Inc. Harcourt Brace Jovanovich Publishers : San Diego.

No comments: