Pages

Saturday, May 29, 2010

Effective Concentration (EC)/Konsentrasi Efektif

Effective concentration (EC) merupakan kepekatan senyawa/zat  pada taraf dan waktu tertentu dimana senyawa/zat tersebut menyebabkan kelumpuhan atau perubahan fisiologis/struktur morfologi pada biota yang diujikan tersebut dan pada umumnya organisme tersebut adalah spesies ikan dan algae. IUPAC 1997 menyatakan bahwa Effective concentration merupakan rasio konstanta tingkat pertama reaksi dalam molekul yang melibatkan dua kelompok fungsional dalam entitas molekul yang sama dengan rasio konstanta tingkat kedua dari analog reaksi unsur antar molekul. Rasio ini juga memiliki dimensi konsentrasi. Perhatian tambahan perlu diberikan apabila senyawa tersebut terbioakumulasi dan dapat terdegradasi secara biologi. Sifat terakhir ini mempunyai tiga kategori;  yaitu senyawa yang secara mudah dapat terurai secara biologi, senyawa yang terdegradasi oleh mikroorganisme tanah yang tidak dapat termineralisasi (minimal 70%) dalam waktu 28 hari, dan senyawa yang dikatagorikan sebagai terdegradasi secara biologi inherent (Anonim,  2010).
Hasil pengujian efek subletal suatu bahan dinyatakan sebagai konsentrasi efektif median (EC50), konsentrasi atau dosis yang dalam waktu tertentu  di bawah kondisi tertentu, menyebabkan 50 persen respon maksimum dalam suatu parameter tertentu atau proses relatif bagi pengendalian yang tidak terekspos. Responnya adalah mungkin penurunan sebesar 50 persen dalam tingkat pertumbuhan atau perubahan sebesar 50 persen dalam proses fisiologis (misalnya, fotosintesis atau laju kecepatan pernafasan). Angka 50 tersebut bukanlah angka tetap pada suatu pengujian toksisitas secara kualitatif, melainkan hanyalah patokan umum dimana populasi biologis kehilangan 50% individu jantan (laki-laki) atau 50% individu betina (perempuan) tanpa melihat adanya peristiwa emigrasi dan imigrasi. Pada umumnya penentuan Effective Concentration (EC) dilakukan kurang lebih 24 jam untuk kriteria akut. 
Salah satu pengujian senyawa toksis dilakukan oleh Soetopo dkk dimana hasilnya tercantum dalam sebuah jurnal yang berjudul Tingkat Toksisitas Pentaklorofenol Terhadap Organisme Air Tawar. Melalui penelitiannya, Soetopo melakukan uji toksisitas kronis pentakhlorofenol terhadap Dhapnia yang dilakukan pada 3 variasi konsentrasi pentaklorofel dimana hasilnya ditentukan berdasarkan nilai EC50. Selain itu dilakukan pula uji toksisitas akut dimana uji ini dilakukan untuk menentukan nilai EC50 yang kemudian digunakan sebagai dasar rentang konsentrasi pada uji toksisitas kronis.
Perhitungan nilai EC50, pada penelitian yang dilakukan Soetopo, dilakukan dengan menggunakan analisa probit. Parameter yang digunakan adalah kesintasan harian, fekunditas harian, serta laju reproduktif bersih. Perhitungan parameter-parameter tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus yang dikemukakan oleh Soerensen (1996) dalam Soetopo (2006) seperti yang tertera pada tabel 1.2. di bawah ini. 
Tabel 1.2. Rumus Perhitungan Pengaruh Kronis Pentaklorofenol Terhadap Dhapnia
Parameter
Rumus
Keterangan
Kesintasan Harian (Ix)
Ix = A   x 100%
        B
A : Jumlah Induk yang hidup

B : jumlah Induk awal

C : Jumlah neonate yang lahir

Fekunditas Harian (mx)
mx = C
         A
Laju Reproduktif Bersih (Ro)
         n
Ro = ∑ Ix . mx
        X=1
Secara keseluruhan dari hasil percobaan uji toksisitas kronis ini, menunjukkan bahwa pentaklorofenol sangat berpengaruh terhadap kesintasan harian, fekunditas harian, dan laju reproduktif bersih Dhapnia.
Akan tetapi, persamaan pada tabel 1.2. tersebut bukanlah persamaan baku untuk menentukan EC50. Prakash et all (2007) menyatakan bahwa EC50 diperoleh berdasarkan data IC50 melalui persamaan berikut:
EC50

Metode pengujian toksisitas dan ekotoksisitas menjadi semakin distandarisasikan di seluruh dunia. Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi  (The Organization for Economic Cooperation and Development /OECD) telah menghasilkan panduan pengujian agar supaya mencegah meluasnya pengujian untuk memenuhi persyaratan data yang berbeda oleh satu pemerintah terhadap bahan yang sama. Organisasi Standarisasi Internasional  (The International Organization for Standardization / ISO) juga aktif dalam pengawasan ini. Pengujian juga perlu dilaksanakan sesuai dengan praktek laboratorium yang baik sebagaimana ditentukan oleh OECD. 



Daftar Pustaka

  • Anonim. 2000. BAPEDAL Environmental Management Services Project. BRNP, EMS, BAPEDAL : Jakarta
  • Prakash, D., Upadhyay, G.,Singh, B.N., Dhakarey, R., Kumar, S., Singh, K.K., 2007. Free Radical Scavenging Activities og Himalayan Rododendrons. Current Science, 92 (4) : 526-532.
  • Soemirat, Juli. 2003. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
  • Soetopo, Rina. 2006. Tingkat Toksisitas Pentakhlorofenol Terhadap Oraganisme Air Tawar. BS, 42 (2) : 75-82.

No comments: