Pages

Wednesday, February 10, 2010

Tectona grandis (Jati)

Hutan jati adalah sejenis hutan yang didominasi oleh pohon jati (Tectona grandis). Di Indonesia, hutan jati banyak ditemukan di pulau Jawa. Akan tetapi, saat ini hampir di semua wilayah Indonesia memiliki hutan jati. Hutan jati merupakan hutan yang tertua dan terbaik pengelolaannya di Indonesia.
Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia.  Barikut adalah klasifikasi Jati (Tectona grandis) :
Regnum            : Plantae
Divisio              : Spermatophyta
Classis             : Dicotyledoneae
Ordo                 : Lamiales
Familia              : Verbenaceae
Genus              : Tectona
Spesies            : Tectona grandis
Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. Menurut T.Altona, penanaman jati pertama kali dilakukan oleh orang hindu yang datang ke Jawa. Sehingga ada anggapan bahwa jati didatangkan oleh orang hindu atau negeri hindulah (India) “tempat kelahiran” Jati. Pendapat ini diperkuat oleh seorang ahli botani, Charceus, yang mengatakan bahwa jati di Pulau Jawa berasal dari India yang dibawa pada tahun 1500 SM.
Kontroversi ini kemudian terjawab melalui penelitian marker genetik dengan menggunakan teknik isoenzyme yang dilakukan oleh Kertadikara pada tahun 1994. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa jati yang tumbuh di Indonesia (Jawa) merupakan jenis asli. Jati ini telah mengalami mekanisme adaptasi khusus sesuai dengan keadaan iklim dan edhapic (tanah) yang berkembang puluhan hingga ratusan ribu tahun sejak zaman quarternary dan pleistocene di Asia Tenggara.
Jati hasil kultur jaringan yang beredar saat ini dengan klon dari berbagai asal-usul di luar negeri, perlu dikaji lebih cermat karena pada umumnya klon yang berasal dari kultur jaringan bersifat site spesific, sehingga belum tentu cocok dikembangkan di setiap lokasi di Indonesia.
Perlu ditekankan bahwa perbanyakan secara kultur jaringan bukanlah metode pemuliaan, melainkan hanya suatu metode perbanyakan biasa sehingga tidak dapat memperbaiki kualitas genetik bibit. Oleh karena itulah perlu dilakukan peneliatian lebih lanjut

No comments: