Pages

Tuesday, April 26, 2011

Asosiasi Ryparosa (myrmecoxenic) dan Cladomyrma


Interaksi antara tanaman dan semut merupakan fenomena yang paling sering ditemukan di hutan hujan tropis. Lebih dari 100 genus Angiospermae memiliki spesialisasi pada struktur morfologinya sebagai ‘rumah’ yang menyediakan makanan bagi spesies (koloni) semut dimana interaksinya kerap kali disebut myrmecotrophic. Selain interaksi tersebut, ada beberapa koloni semut yang hanya menggunakan tumbuhan sebagai tempat bersarang dimana interaksinya dinamakan myrmecodomatia. Namun, sebagian besar koloni semut (Cladomyrma) menggunakan spesies tumbuhan sebagai tempat bersarang sekaligus penyedia sumber makanan dan interaksi ini dinamakan myrmecoxenic (Moog, 2003 dalam Moog, 2009).
Salah satu contoh interaksi tumbuhan Myrmecoxenic dengan Cladomyrma adalah antara spesies Ryparosa fasciculata dengan Cladomyrma petalae. Ryparosa fasciculata merupakan salah satu anggota dari familia Achariaceae dimana struktur yang membedakan jenis ini dengan jenis Ryparosa lainnya dapat dilihat pada morfologi percabangan batangnya. Cabang Ryparosa fasciculata terlihat lebih ramping dengan nodus pendek, tetapi memiliki daun yang cukup lebar (55 cm). Struktur tersebut memberikan sedikitnya tiga keuntungan bagi koloni Cladomyrma petalae. Pertama adalah memudahkan semut tersebut untuk membangun sarangnya. ‘Sang Ratu’ dapat memamah batang pohon (cabang) tersebut dengan mudah hingga terbentuk suatu lubang yang berfungsi sebagai sarangnya. 
Keuntungan kedua adalah karena nodus cabang cenderung pendek maka jarak antara tunas dengan batang yang merupakan sarang tidak terlalu jauh sehingga hal ini memudahkan tugas para Cladomyrma pekerja dimana selain menjaga tunas yang merupakan sumber makanannya dari herbivor juga dapat menjaga sarang dari predator.  Keuntungan yang ketiga menciptakan asosiasi lain yaitu dengan spesies tropobiont yang secara tidak langsung juga dapat menjadi sumber makanan bagi Cladomyrma petalae.
Selain struktur morfologinya, susunan anatomi Ryparosa fasciculata juga mempengaruhi interaksinya dengan Cladomyrma petalae. Moog (2009) menyebutkan bahwa keberadaan protostoma pada jaringan Ryparosa memberikan keuntungan tersendiri, baik bagi Cladomyrma petalae maupun bagi Ryparosa fasciculata sendiri. Protostoma merupakan lubang kecil pada daerah parenkim yang semakin memudahkan ‘ratu’ untuk membangun sarang dan sarang yang dibangun pada jaringan tersebut dapat bertahan lebih lama dibandingkan sarang yang dibangun pada jaringan tanpa protostoma. Sedangkan bagi Ryparosa sendiri, protostoma dapat meminimalisasi kerusakan jaringan tubuh lainnya. 

Daftar Pustaka
Moog, Joachim. 2009. The Assosiations of The Plant-Ant, Cladomyrma With Plants in Southeast Asia. Disertation. Johann Wolfgang Goethe-Universität : Frankfurt


No comments: