Pages

Tuesday, April 05, 2011

Media Tanah


Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran suatu tumbuhan. Selain itu tanah merupakan penyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi, baik senyawa organik maupun anorganik. Secara biologis berfungsi sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara. Ketiga fungsi tersebut secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk mengehasilkan biomassa serta meningkatkan produksi berbagai macam tanaman seperti tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun tanaman hutan (Ali, 2007). Secara ilmiah, tanah atau soil adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison yang terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air, dan udara dimana tanah merupakan media untuk tumbuhnya tanaman. Hal yang patut diingat adalah tanah tidak sama dengan lahan karena lahan meliputi tanah beserta faktor-faktor fisik dan biotik yang berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang mempengaruhi kehidupan manusia.
Hilangnya fungsi tanah dapat terus-menerus diperbaharui, karena diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk pembentukan struktur tanah yang baik seperti semula. Lebih lanjut disebutkan bahwa kerusakan tanah dapat terjadi karena (1) kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, (2) terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tanaman, (3) penjenuhan tanah oleh air (waterlogging), dan (4) erosi.
Kerusakan yang dialami pada tanah tempat erosi terjadi yaitu berupa kemunduran sifat-sifat kimia dan fisik tanah, seperti kehilangan unsur hara dan bahan organik, memburuknya sifat-sifat tanah yang tercermin antara lain pada menurunnya kapasitas infiltrasi dan kemampuan tanah menahan air, meningkatnya kepadatan dan ketahanan penetrasi tanah dan berkurangnya kemantapan struktur tanah, sehingga menyebabkan memburuknya pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitasnya (Bogidarmanti et .al, 2006).
Menurut Arsyad (1989) secara garis besar, kegiatan pengendalian erosi dan konservasi tanah dapat dilakukan dengan cara metode vegetatif, yaitu penggunaan tanaman atau tumbuhan dan serasahnya untuk mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, serta jumlah dan daya rusak aliran permukaan/erosi.
Tanah Sebagai Media Tanaman
Sebagi tempat tumbuhnya tanaman dapat dipastikan bahwa tanah terdiri dari berbagai unsur dan senyawa yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan pertumbuhan dan perkembangannya. Bahan penyusun tanah yang pertama adalah mineral. Bahan mineral berasal dari pelapukan batuan, karena itulah susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan yang lapuk. Menurut asalnya mineral tanah dibedakan menjadi dua, yaitu mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer berasal langsung dari batuan beku yang melapuk yang umumnya berbentuk fraksi pasir dan debu. Jumlah mineral primer di alam rendah, tetapi memiliki fungsi yang cukup penting bagi tanah yaitu sebagai cadangan penyedia unsur hara esensial bagi tumbuhan sehingga disebut pula sebagai kerangka tanah. Contoh mineral primer adalah Kwarsa, Kalsit, Dolomit, Apatit, dan Mika. Sementara itu, yang dinamakan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan tanah berlangsung dan umumnya terdapat dalam fraksi liat. Karena itulah mineral sekunder dikatakan pula sebagai mineral liat. Mineral sekunder berperan penting pada proses kapasitas tukar kation serta memperngaruhi daya mengembang dan mengerutnya tanah.
Bahan penyusun tanah selanjutnya adalah bahan organik. Bahan organik merupakan semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang mati, pada berbagai tahap dekomposisi. Bahan organik ini berfungsi sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah), sebagai sumber unsur N,P,dan S serta unsur mikro, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, serta sumber energi bagi berbagai mikroorganisme tanah.
Penyusun tanah yang lainnya adalah Air dan Udara. Air terdapat di dalam tanah karena ditahan dan di serap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat ditentukan oleh keberadaan air tanah. Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman sangat bergantung pada jenis tanaman dan iklim. Misalnya jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk pertumbuhan sampai panen antara 450-700 mm, bergantung pada kondisi iklim dan umur tanaman. Fase pembungaan memerlukan air yang lebih banyak dari fase vegetatif. Disamping lengas tanah berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman, kadar air tanah juga mempengaruhi mobilitas unsur hara di dalam tanah. Unsur hara yang mobilitasnya sangat rendah akan menyebabkan peredarannya sangat ditentukan oleh lengas tanah. Oleh karena itu takaran pupuk yang tepat pada tingkat ketersediaan air tertentu harus diketahui untuk memperoleh efisiensi pemupukan yang tinggi (Suriadi, 2003). Udara yang ada di dalam tanah sendiri berbeda susunannya dengan udara di atmosfer. Kandungan uap air dan karbondioksida (CO2) di tanah lebih tinggi daripada di atmosfer, sedangkan kandungan O2 tanah lebih rendah daripada O2 atmosfer.
Menurut Gintings et. al, (1995) dalam Bogidarmanti et .al, (2006) disebutkan bahwa persyaratan tempat tumbuh yang utama, yaitu meliputi tinggi tempat, curah hujan, temperatur, tekstur tanah, pH, drainase, dan toleransi tanaman terhadap cahaya. Tanah merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang dibudidayakan karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, gudang dan penyuplai unsur hara, serta tempat penyedia air. Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan ditentukan oleh kesuburan kimia dan fisika tanah. Telah dikatakan sebelumnya bahwa tanah merupakan tempat tumbuhnya suatu tanaman sehingga jenis tanah dapat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya suatu tumbuhan. Berdasarkan sifatnya terkait dengan tanah sebagai media tumbuh tanaman maka tanah dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu tanah humus, tanah vulkanis, tanah aluvial, tanah pasir, tanah laterit, dan tanah pasir.
Tanah humus merupakan tanah yang bersifat sangat subur karena kaya akan bahan-bahan organik. Sedangkan tanah vulkanis adalah jenis tanah yang biasanya berasal dari abu vulkanis gunung berapi dimana sifatnya adalah sangat baik dan subur. Tanah alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan alluvium yang dibawa oleh air dan diendapkan di daerah lain. Tanah alluvial ini bersifat subur.
Berbeda dengan ketiga jenis tanah yang telah disebutkan di atas, tanah pasir, laterit, dan kapur merupakan jenis tanah yang sifatnya kurang subur, bahkan tidak subur. Namun, akhir-akhir ini telah dilakukan penelitian guna memanfaatkan lahan kritis yaitu lahan yang sifat tanahnya kurang subur seperti tanah pasir, tanah berkapur, atau tanah yang bersalinitas tinggi.
Contoh Pemanfaatan Tahah Kurang Subur Sebagai Media Tanam
Tanah bersalinitas tinggi biasanya banyak ditemukan di daerah mangrove dan hutan pantai. Pengaruh salinitas paling umum adalah terhambatnya pertumbuhan tanaman. Peningkatan konsentrasi garam dalam tanah menyebabkan terjadinya perubahan morfologi dan fisiologi tanaman dengan metabolisme yang abnormal akibat kandungan garam di jaringan tanaman, selain itu terjadi penurunan potensial osmotik tanah sehingga menyulitkan penyerapan air dan hara bagi tanaman, merusak kloroplas dan mengganggu proses fotosintesis yang akhirnya menekan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kadar garam yang tinggi dalam larutan tanah di daerah perakaran tanaman menyebabkan tekanan osmotik yang tinggi dan berkurangnya ketersediaan unsur kalium bagi tanaman. Fungi mikoriza seperti Glomus sp mampu hidup dan berkembang pada kondisi salinitas yang tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fungi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditanam pada habitat salin. Tanaman bawang merah yang diinokulasikan dengan fungi mikoriza dari spesies Glomus ternyata memiliki berat bulbus dan bobot kering bawang serta total serapan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasikan baik pada tingkat salinitas rendah (-0,06 Mpa), sedang (-0,20 Mpa) dan tinggi (-0,4 Mpa). Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu solusi untuk memanfaatkan tanah salin sebagai media tumbuh tanaman adalah dengan menginokulasikan mikorhiza.
Selain itu dihasilkan pula suatu argumen bahwa tanah pasir berlempung dapat dijadikan sebagai media tanam. Sudomo (2007) mengemukakan bahwa tanah pasir berlempung dapat dijadikan sebagai media tumbuh tanaman sengon dan nilam.
Penelitian pengaruh tanah pasir berlempung terhadap pertumbuhan agroforestry sengon dan nilam tersebut dilaksanakan di areal hutan rakyat Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Nopember 2004 sampai dengan Nopember 2006. Pengambilan dua sampel tanah dilakukan pada bagian atas dan bawah pada lahan hutan rakyat. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan hutan rakyat tersebut bertekstur tanah pasir berlempung dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Penanaman sengon dan nilam dilakukan pada 3 blok dengan masing-masing blok 48 tanaman sengon. Pertumbuhan tinggi dan diameter sengon pada tekstur tanah pasir berlempung cukup baik, yaitu 7,28 m / 9,48 cm pada umur 24 bulan dan pertumbuhan tinggi, jumlah cabang dan bobot segar nilam pada umur 3 bulan setelah pangkasan pada pola tanam monokultur yang masing-masing sebesar 64,32 cm dan 141,68 cabang serta 1,29 kg.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tekstur tanah pasir berlempung tetap memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan sengon dan nilam serta kedua jenis tanaman tersebut berpotensi untuk pengembangan hutan rakyat dan rehabilitasi lahan terdegradasi (Sudomo, 2007).


Daftar Pustaka
Ali. 2007.  Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press: Bogor
Bogidarmanti R, Nina Mindawati, Hani S. Nuroniah, A. Syaffari Kosasih, 2006. Pemilihan Jenis Pohon Potensial Untuk Konservasi Lahan Terdegradasi. Bogor.
Sudomo, Aris. 2007. Pengaruh Tanah Pasir Berlempung Terhadap Pertumbuhan Sengon Dan Nilam Pada Sistem Agroforesty. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. 1 (2): 1-8
Suriadi, Ahmad., Hipi, Awaludin., dkk. 2003. Dinamika Lengas Tanah Dan Nitrat Pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Pangan Di Tanah Entisols Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.

No comments: