Pages

Monday, April 11, 2011

Interaksi Gigaspora margarita & Cabai (Capsicum annum) pada Tanah Ultisol


Pemenuhan kebutuhan cabai dalam negeri yang mencapai 790 ribu ton per tahun, tidak dapat sepenuhnya mengandalkan produksi dari Pulau Jawa karena lahan produktif banyak dikonversi untuk keperluan lainnya sehingga peningkatan produksi melalui perluasan areal menjadi terbatas. Lahan kering yang tersebar luas di luar Pulau Jawa mencapai 132.88 juta hektar cukup potensial dimanfaatkan untuk perluasan areal pertanaman cabai. Namun, 33.58% dari luas lahan tersebut atau seluas 44.62 juta ha merupakan jenis tanah Ultisol yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua, Sulawesi dan Maluku.
Kemampuan G. margarita menginfeksi akar terlihat berbeda antar genotipe cabai pada kondisi tercekam Al (Tabel 1). Pada kondisi tercekam Al, derajat infeksi FMA tertinggi terdapat pada genotype toleran dan berbeda nyata dengan genotipe peka. Sebaliknya, pada kondisi tanpa cekaman Al derajat infeksi FMA tidak berbeda di antara kedua genotype cabai. Secara umum kemampuan G. margarita menginfeksi akar pada percobaan ini termasuk criteria tinggi, karena derajat infeksi terendah yang diperoleh sebesar 68.86%. Kriteria derajat infeksi FMA yang tergolong tinggi jika persen akar terinfeksinya > 30%.

Cekaman Al menurunkan panjang akar secara nyata, kecuali pada genotipe PBC 619. Penurunan panjang akar pada genotipe toleran lebih rendah dibandingkan genotipe peka. Pada genotipe toleran terjadi penurunan panjang akar sebesar 22.8% (dari 31.6 cm turun menjadi 24.4 cm) untuk PBC 619 dan 23.3% (dari 29.6 cm turun menjadi 22.7 cm) untuk Jatilaba. Pada genotipe peka terjadi penurunan panjang akar sebesar 51.5% (dari 30.7 cm turun menjadi 14.9 cm) untuk Cilibangi 3 dan 50.2% (dari 31.5 cm turun
menjadi 15.7 cm) untuk Helm.
Perakaran tanaman merupakan target utama yangmengalami kerusakan bila tanaman keracunan Al. Oleh karena itu peubah panjang akar menjadi indikator penting untuk melihat kemampuan tanaman beradaptasi pada tanah ultisol yang mempunyai kandungan Al tinggi. Pada penelitian ini genotipe PBC 619 dan Jatilaba mengalami penurunan panjang akar yang lebih kecil dibandingkan genotipe Cilibangi 3 dan Helm. Penurunan panjang akar yang lebih kecil menunjukkan genotipe PBC 619 dan Jatilaba mempunyai daya adaptasi terhadap cekaman Al yang lebih baik dibandingkan genotipe Cilibangi 3 dan Helm. Hasil penelitian lain pada jagung (Pellet et al., 1995), gandum (Samuel et al., 1997), kedelai (Sopandie et al., 2003; Spehar dan Sauza, 2006) dan padi gogo (Sutaryo et al., 2005; Bakhtiar et al., 2007) memperlihatkan hal yang sama, dimana pada kondisi tercekam Al pertumbuhan perakaran tanaman toleran lebih panjang dibandingkan tanaman yang peka. Genotipe dengan sistem perakaran yang lebih panjang dan lebat pada kondisi tercekam Al, akan lebih mampu untuk beradaptasi pada tanah mineral masam.
Kondisi tercekam Al menyebabkan jumlah buah panen menurun pada semua genotipe cabai, namun inokulasi FMA dapat memperkecil penurunan tersebut. Efektivitas FMA untuk mengurangi pengaruh buruk Al dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah buah panen oleh inokulasi FMA. Pada kondisi tercekam Al, inokulasi FMA dapat menghasilkan jumlah buah panen yang lebih banyak dibandingkan tanpa FMA, kecuali pada genotipe Helm (Tabel 3). Pengaruh buruk Al dapat dikurangi oleh inokulasi G. margarita melalui peningkatan jumlah buah panen sebesar 52.2% pada genotipe PBC 619, 64.3 % pada Jatilaba, 57.8% pada Cilibangi 3 dan 38.3% pada Helm.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa inokulasi G. margarita dapat memperbaiki daya adaptasi tanaman cabai terhadap cekaman Al, terutama pada genotipe peka Al. Perbaikan daya adaptasi ditunjukkan oleh adanya peningkatan bobot buah panen yang nyata oleh inokulasi G. margarita pada genotype Cilibangi 3 dan Helm, sehingga bobot buah panen yang dihasilkan tidak berbeda nyata baik dengan control maupun dengan genotipe toleran  
Disadur Dari :
Purnomo, D.W., Bambang, Sapta., Yahya. 2008. Tanggap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai (Capsicum annuum L.) Terhadap Inolulasi Fungi Mikoriza Arbuskula pada Tanah Ultisol. Bul. Agron. (36) (3) 229 – 235.

No comments: