Pages

Saturday, October 03, 2009

ANALISIS VEGETASI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di suatu ekosistem tentunya terdiri dari berbagai jenis komunitas yang tersusun atas komponen-komponen biotik dan abiotik. Salah satu unsur dari komunitas adalah vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan hal yang sangat kompleks sehingga pengkajiannya tidak mudah dilakukan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain. Hal ini dikarenakan faktor lingkungan yang berbeda pula. Untuk menganalisis suatu vegetasi dibutuhkan data spesies tumbuhan beserta diameter dan tinggi pohon tumbuhan tersebut. Umumnya, data-data tersebut digunakan untuk mencari indeks nilai penting suatu jenis vegetasi. Indeks nilai penting nantinya akan menunjukkan seberapa essensial suatu jenis tumbuhan pada vegetasi tersebut. Sementara itu, dengan adanya analisis vegetasi dapat diperoleh berbagai macam informasi yang dapat dimanfaatkan pada aspek ekologi lainnya, misalnya suksesi atau phisyognomi (Rohman , 2001).

Struktur komunitas tumbuhan antara daerah yang satu dengan yang lain, seperti dikatakan sebelumnya, tidaklah sama. Karena itulah, untuk mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi tertentu perlu dilakukan analisis vegetasi. Pada percobaan kali ini, analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan metode transek garis, yaitu pembuatan plot dengan petak-petak di dalamnya.

1.2 Permasalahan

Permasalahan yang timbul pada percobaan ini adalah bagaimana mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi tertentu.

1.3 Tujuan

Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kuantitatif struktur tumbuhan pada lokasi tertentu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur dan Komposisi Vegetasi

Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:

1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.

2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.

3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Hutan hujan tropika terkenal karena pelapisannya, ini berarti bahwa populasi campuran di dalamnya disusun pada arah vertikal dengan jarak teratur secara kontinu. Tampaknya pelapisan vertikal komunitas hutan itu mempunyai sebaran populasi hewan yang hidup dalam hutan itu. Sering terdapat suatu atau beberapa populasi yang dalam kehidupan dan pencarian makanannya (Irwanto, 2007).

Stratifikasi hutan hujan tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohonpohon yang tertinggi atau emergent), lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon yang berada dibawahnya atau yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan semak dan belukar) dan lapisan E (merupakan lantai hutan). Struktur suatu masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekwensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenisjenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Irwanto, 2007).

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Irwanto, 2007).

Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak

species itu (Irwanto, 2007).

2.2 Analisis Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Irwanto, 2007).

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuhtumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Irwanto,2007).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Irwanto, 2007).

Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Irwanto, 2007).

2.3 Sistem Analisis dengan metode kuadrat

Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis tumbuhan di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).

Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yangb telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:

Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).

Berikut langkah2 kerja jika anda akan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudrat:

1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu.

2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.

3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.

4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.

5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.

6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar.

2.4 Metode Transek

Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuan pembuatan transek adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan, dan mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.

Ada dua macam transek yaitu sebagai berikut:

1. Belt transect (transek sabuk). Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

Figure%203%20BeltTransect

Gambar 1. Belt transect

(Shukla, 2005)

2. Line transect (transek garis). Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai.

transect_line

Gambar 2. Line transect

(Shukla, 2005).

Metode sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh (Line Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis sebanyak tiga buah pada daerah sampling menggunakan tali rafia. Sepanjang garis transek dibuat plot-plot berukuran 10 x 10 m yang ditempatkan secara acak. Di dalam plot-plot 10 x 10 m dibuat subplot ukuran 5 x 5 m dan 2 x 2 m. Dilakukan identifikasi jenis yang ditemukan pada masing-masing plot. Pada plot 10 x 10 m dilakukan penghitungan jumlah spesies yang ditemukan. Tumbuhan kategori pohon (sampling) mempunyai diameter batang lebih dari 4 cm dan tinggi lebih dari 1 m. Sedangkan pada subplot 5 x 5 m untuk kategori anakan (sampling) dengan diameter batang kurang dari 4 cm dan tingginya lebih dari 1 m. Pada subplot 2 x 2 m untuk kategori seedling (semai) mempunyai tinggi kurang dari 1 m. Namun jika densitas seedling tidak terlalu padat, maka penghitungan jumlah dilakukan pada plot utama (10 x 10 m) (English, 1994).

Dilakukan pengukuran diameter batang setinggi dada (DBH = Diameter Breast Heigh) atau setinggi 1,3 m dari permukaan tanah menggunakan meteran fiberglass. Pohon yang memiliki percabangan di bawah ketentuan tinggi dada (DBH), pengukuran diameter dilakukan pada kedua cabang, dengan asumsi kedua cabang adalah batang yang berbeda. Tumbuhan yang memiliki proproot (akar tongkat), pengukuran dilakukan pada ketinggian 20 cm dari pangkal akar. Pada setiap plot dicatat tipe substrat dan diukur pH, suhu, dan salinitasnya sebagai data tambahan (English, 1994).

Gambar 3. Skema peletakan plot dalam garis transek.

Gambar 4. Penentuan diameter setinggi dada

(English, 1994).

2.5 Metode Loop

Metode ini digunakan untuk rerumputan dan herba. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

- Dibuat lingkaran kecil (loop) dengan diameter 2 cm.

- Tentukan titik secara random, kemudian dari titik itu dibuat jalur sepanjang 33,5 meter

- Pada setiap 1 meter titik observasi ditandai pada tempat sentimeter yang ke 33, 66 dan 100. Jadi setiap 1 meter ada 3 titik observasi, dan pada jarak 33 meter ada 99 titik observasi.

- Titik yang 100 terletak pada jarak 33,33 meter.

- Kemudian disetiap titik observasi (loop) dijatuhkan (diletakkan) dan dicatat spesies yang berada di dalam lingkaran (Shukla, 2005).

2.6 Metode Titik (Point Less/Point Methode)

Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas). Ada dua macam metode titik, yaitu sebagai berikut :

1. Point Frame Method. Pada setiap titik dicari jenis-jenis yang tertunjuk/terkena tusuk. Alat penujuk adalah kawat/paku. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat. Method ini digunakan untuk rumput dan herba.

2. Point Center/Quarter Method. Prosedurnya adalah : Di tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum/paku yang diatasnya dipasang kompas. Daerah itu, dengan titik sebagai pusat dibagi 4 bagian (kuadran). Tumbuhan yang diambil datanya (dianalisis) disetiap kuadran adalah satu pohon (sampling) yang terdekat dengan titik pusat. Data yang diambil adalah jarak dari pohon ke titik pusat dan diameter pohon pada ketinggian pohon setinggi dada (1,37 m). Katagori pohon jika memiliki diameter lebih dari 10 cm dan katagori anakan pohon jika mempunyai diameter 2,5 cm sampai 10 cm (Shukla, 2005).

2.7 Analisis data Kelimpahan Jenis

Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:

Kerapatan = Jumlah individu .................................................................... 1)

Luas petak ukur

Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% .......................................... 2)

Kerapatan seluruh jenis

Dominansi = Luas penutupan suatu jenis ................................................... 3)

Luas petak

Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100% .............................................. 4)

Dominansi seluruh jenis

Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis .....………………….…. 5)

Jumlah seluruh petak

Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% ….……………………..……. 6)

Frekuensi seluruh jenis

Nilai penting = Kerapatan relatif +Frekuensi relatif + Dominansi relatif ………...7)

(Irwanto, 2007).

Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200. Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal dapat digambarkan dengan indeks Shannon :

s

H' = - Σ (pi) Ln pi …........................................................................................... 8)

i=1

Keterangan :

H' = Indeks Keranekaragaman Jenis

pi = ni/N

ni = Nilai Penting Jenis ke i

N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis

Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna(Irwanto, 2007) .

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Peralatan yang dibutuhkan pada percobaan ini adalah foto satelit Gunung Baung , kompas tembak , meteran lapangan , kamera digital , tali rafia , meteran baju , dan buku identifikasi.

3.1.2 Bahan

Bahan yang dibutuhkan pada percobaan kali ini adalah vegetasi terestrial yang ada di Gunung Baung.

3.2 Cara Kerja

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah membuat foto satelit lokasi praktikum (Gunung Baung). Setelah berada di lokasi , dibuat garis transek sepanjang 500 m dengan menggunakan tali rafia serta kompas tembak. Kemudian , dibuat 5 plot dengan jarak 20 m. Pada tiap-tiap plot dibuat petak-petak dengan ukuran 2x2 m , 5x5 m , 10x10 m , dan 20x20m. Setelah itu , ditentukan spesies yang ada pada tiap-tiap petak masing-masing plot. Kemudian , ditentukan diameter pohon tiap spesies yang ditemukan dan terakhir dilakukan identifikasi terhadap spesies tersebut.

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1.1 DATA PENGAMATAN

« PLOT 1

KATEGORI SEEDLING

No.

Spesies

Jumlah

1

Lantana camara

20

2

Hoya sp.

7

3

Tithonia diversifolia

26

4

Jasminum sambac

5

5

Alstonia scholaris

20

6

Angiopteris evecta (paku gajah)

12

7

Gadung cina

4

8

Sirih hutan

12

KATEGORI SAPLING

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Calamus sp.

13

10 cm

2

Andrographis paniculata

5

8 cm

3

Citrus sp.

1

8 cm

KATEGORI POLES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Eugenia aquea (jambu air)

4

22 cm

KATEGORI TREES

· Tidak ditemukan

« PLOT 2

KATEGORI SEEDLING

No

Spesies

Jumlah

1

Lantana camara

1

2

Similax china

22

3

Angiopteris sp.

11

5

Piper caducibracteum

48

6

Alstonia scholaris

24

7

Mirtaceae

5

KATEGORI SAPLING

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Andrographis paniculata

10

10 cm

2

Calamus sp.

6

9 cm

3

Citrus sp.

1

8 cm

KATEGORI POLES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknown 1

3

26, 5 cm

2

Ficus variegate

5

26, 5cm

3

Ficus variegate

1

38cm

KATEGORI TREES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknowan 2

2

81 cm

« PLOT 3

KATEGORI SEEDLING

No

Spesies

Jumlah

1

Lantana camara

20

2

Unknown 2

20

3

Angiopteris evecta (paku gajah)

6

4

Gadung cina

4

5

Unknown 3

97

6

Pandanus sp.

1

KATEGORI SAPLING

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Voacanga grandifolia (cembirit)

1


2

Calamus sp.

9

7 cm

3

Citrus sp.

1

9 cm

4

Carica papaya

15

15 cm

5

Bambusa sp.

13

9 cm

6

Buchauonia arborescens

30

30 cm

KATEGORI POLES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Eugenia aquea (jambu air)

1

22 cm

2

Mangifera indicus

4

24 cm

3

Unknown 4

9

35 cm

KATEGORI TREES

No

Spesies

jumlah

Keliling

1

Ficus variegate

1

81 cm

2

Unknown 5

1

108 cm

« PLOT 4

KATEGORI SEEDLING

No

Spesies

Jumlah

1

Malvales

3

2

Unknown 3

20

3

Unknown 6

10

4

Unknown 7

5

5

Zingiberaceae

3

6

Urena lobata

4

7

Mimosa sp.

30

8

Tithonia diversifora

20

9

Amorphopalus sp.

3

10

Poaceae

11

11

Stachytarpheta jamaicensis

20

KATEGORI SAPLING

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknown 10

3

14.2 cm

2

Hibiscus sp.

3

6.1 cm

3

Unknown 8

6

5.8 cm

4

Voacanga grandifolia (cembirit)

3

15.6cm

4

Unknown 4

4

17 cm

KATEGORI POLES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknown 11

1

20.1 cm

2

Ervatamia divaricata

1

25 cm

KATEGORI TREES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Calamus sp.

16

54cm

2

Ficus variegeta

1

75.3 cm

3

Unknown 12

2

64.7 cm

4

Unknown 14

1

47.9 cm

5

Unknown 13

4

69 cm

« PLOT 5

KATEGORI SEEDLING

No

Spesies

Jumlah

1

Unknown 15

1

2

Unknown 2

1

3

Firmiana malayana

1

4

Alstonia scholaris

1

KATEGORI SAPLING

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Achryanthes aspera

10


2

Androgaphis paniculata

4


3

Urena lobata

8


4

Buchauania arborescens

46


5

Muntingia calabura

1


6

Ficus Ampelas

2

18 cm &19cm

7

unknown 10

1

20 cm

8

Unknown 9

2

10 cm&16 cm

9

Calamus sp.

10

5 cm

KATEGORI POLES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknown 15

2

29 dan 33 cm

2

Eugenia aquea (jambu air)

15

27 cm

KATEGORI TREES

No

Spesies

Jumlah

Keliling

1

Unknown 12

1

189 cm

4.2 Perhitungan

PERHITUNGAN ANALISIS VEGETASI

Kerapatan = Jumlah individu

Luas petak ukur

Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100%

Kerapatan seluruh jenis

Dominansi = Luas penutupan suatu jenis

Luas petak

Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100%

Dominansi seluruh jenis

Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis

Jumlah seluruh petak

Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100%

Frekuensi seluruh jenis

Nilai penting = Kerapatan relatif +Frekuensi relatif + Dominansi relatif

Plot 1 (Seedling 2x2)



Plot 2 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

129


Jumlah spesies

167

Kerapatan

32.325


Kerapatan

41,75

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

8.9


Frekuensi

6,2

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Plot 1 Sapling (5X5)



Plot 2 Sapling (5X5)


Jumlah spesies

347


Jumlah spesies

24

Kerapatan

13.88


Kerapatan

0,69

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0.4


Frekuensi

0,6

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Plot 1 Poles (10X10)



Plot 2 Poles (10X10)


Jumlah spesies

2


Jumlah spesies

1

Kerapatan

0.02


Kerapatan

0,01

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1.8


Frekuensi

0,6

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

3556x106

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

3556x106






Plot 1 Tree (20X20)



Plot 2 Tree (20X20)


Jumlah spesies

1


Jumlah spesies

1

Kerapatan

0.0025


Kerapatan

0,0025

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1


Frekuensi

0,4

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

9,513x105

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

100

Plot 3 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

206

Kerapatan

51,5

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

6,3

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0



Plot 3 Sapling (5X5)


Jumlah spesies

1

Kerapatan

0,04

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,4

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0

Plot 4 (Seedling 2x2)



Plot 5 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

608


Jumlah spesies

15

Kerapatan

152


Kerapatan

3,75

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

3,58


Frekuensi

7,2

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0

Kelompok 3 4

Plot 1 (Seedling 2x2)



Plot 2 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

159


Jumlah spesies

182

Kerapatan

30,5


Kerapatan

45,5

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

6,2


Frekuensi

3.4

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Plot 1 Sapling (5X5)



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

25


Jumlah spesies

47

Kerapatan

1


Kerapatan

1,88

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

2,6


Frekuensi

3

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Plot 1 Poles (10X10)



Poles (10X10)


Jumlah spesies

2


Jumlah spesies

14

Kerapatan

0,02


Kerapatan

0,14

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,8


Frekuensi

3,2

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

246,2


Dominansi

0

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

0






Tree (20X20)



Tree (20X20)


Jumlah spesies

2


Jumlah spesies

3

Kerapatan

0


Kerapatan

0.,01

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,6


Frekuensi

1,2

Frekuensi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0

Plot 3 (Seedling 2x2)



Plot 4 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

136


Jumlah spesies

221

Kerapatan

34


Kerapatan

55,3

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

4


Frekuensi

6,4

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Sapling (5X5)



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

1


Jumlah spesies

49

Kerapatan

0,04


Kerapatan

1,96

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,6


Frekuensi

1,2

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Poles (10X10)



Poles (10X10)


Jumlah spesies

15


Jumlah spesies

50

Kerapatan

0,15


Kerapatan

0,5

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

6,4


Frekuensi

3

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Tree (20X20)



Tree (20X20)


Jumlah spesies

3


Jumlah spesies

5

Kerapatan

0,01


Kerapatan

0,01

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1,2


Frekuensi

1,8

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0

Plot 5 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

80

Kerapatan

20

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

34

Kerapatan

1,36

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

3,2

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0



Poles (10X10)


Jumlah spesies

26

Kerapatan

0,26

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,8

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0

Kelompok 6 n 7

Plot 1 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

106

Kerapatan

26,5

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

3

Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

19

Kerapatan

4,75

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1,8

Frekuensi Relatif

100

Dominansi

0

Dominansi Relatif

0



Poles (10X10)


Jumlah spesies

4

Kerapatan

1

Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,6

Frekuensi Relatif

100

Dominansi

0,039

Dominansi Relatif

100

Plot 2 (Seedling 2x2)



Plot 3 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

111


Jumlah spesies

148

Kerapatan

27,75


Kerapatan

37

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

2


Frekuensi

2,4

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Sapling (5X5)



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

17


Jumlah spesies

69

Kerapatan

4,25


Kerapatan

17,25

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1,8


Frekuensi

2,6

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Poles (10X10)



Poles (10X10)


Jumlah spesies

9


Jumlah spesies

3

Kerapatan

2,25


Kerapatan

0,75

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,6


Frekuensi

1,2

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0,23


Dominansi

0,18

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

100






Tree (20X20)



Tree (20X20)


Jumlah spesies

2


Jumlah spesies

2

Kerapatan

0,5


Kerapatan

0,5

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,2


Frekuensi

0,8

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0,53


Dominansi

1,47

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

100

Plot 4 (Seedling 2x2)



Plot 5 (Seedling 2x2)


Jumlah spesies

129


Jumlah spesies

4

Kerapatan

32,25


Kerapatan

1

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

2,8


Frekuensi

1,4

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Sapling (5X5)



Sapling (5X5)


Jumlah spesies

19


Jumlah spesies

84

Kerapatan

4,75


Kerapatan

21

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

1,6


Frekuensi

3,6

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0


Dominansi

0

Dominansi Relatif

0


Dominansi Relatif

0






Poles (10X10)



Poles (10X10)


Jumlah spesies

2


Jumlah spesies

7

Kerapatan

0,5


Kerapatan

1,75

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

0,4


Frekuensi

0,8

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

0,08


Dominansi

0,14

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

100






Tree (20X20)



Tree (20X20)


Jumlah spesies

24


Jumlah spesies

1

Kerapatan

6


Kerapatan

0,25

Kerapatan Relatif

100


Kerapatan Relatif

100

Frekuensi

2,2


Frekuensi

0,4

Frekunesi Relatif

100


Frekunesi Relatif

100

Dominansi

1,6


Dominansi

2,88

Dominansi Relatif

100


Dominansi Relatif

100

INP

Kelompok 1 dan 2


Kelompok 3 dan 4


Kelompok 5 dan 6

Plot 1



Plot 1



Plot 1


Seedling

200


Seedling

200


Seedling

200

Sapling

200


Sapling

200


Sapling

200

Poles

300


Poles

200


Poles

200

Trees

300


Trees

200


Trees

200









Plot 2



Plot 2



Plot 2


Seedling

200


Seedling

200


Seedling

200

Sapling

200


Sapling

200


Sapling

200

Poles

300


Poles

200


Poles

200

Trees

300


Trees

200


Trees

200









Plot 3



Plot 3



Plot 3


Seedling

200


Seedling

200


Seedling

200

Sapling

200


Sapling

200


Sapling

200

Poles

0


Poles

200


Poles

200

Trees

0


Trees

200


Trees

200









Plot 4



Plot 4



Plot 4


Seedling

200


Seedling

200


Seedling

200

Sapling

0


Sapling

200


Sapling

200

Poles

0


Poles

200


Poles

200

Trees

0


Trees

200


Trees

200









Plot 5



Plot 5



Plot 5


Seedling

200


Seedling

200


Seedling

200

Sapling

0


Sapling

200


Sapling

200

Poles

0


Poles

200


Poles

200

Trees

0


Trees

0


Trees

200

SHANOON

Kelompok 1 dan 2


Kelompok 3 dan 4


Kelompok 5 dan 6

Plot 1



Plot 1



Plot 1


Seedling

0,91


Seedling

2,05


Seedling

1,73

Sapling

0,23


Sapling

0,44


Sapling

0,39

Poles

0,054


Poles

0,001


Poles

0,1

Trees

0,031


Trees

3,13x10-5


Trees

0









Plot 2



Plot 2



Plot 2


Seedling

1,74


Seedling

1,001


Seedling

1,32

Sapling

0,28


Sapling

0,62


Sapling

0,36

Poles

0,027


Poles

0,005


Poles

0,24

Trees

0,027


Trees

0,0003


Trees

0,061









Plot 3



Plot 3



Plot 3


Seedling

1,35


Seedling

1,79


Seedling

0,99

Sapling

0,025


Sapling

0,032


Sapling

0,8

Poles

0


Poles

0,009


Poles

0,07

Trees

0


Trees

0,0005


Trees

0,049









Plot 4



Plot 4



Plot 4


Seedling

1,15


Seedling

1,89


Seedling

1,78

Sapling

0


Sapling

0,34


Sapling

0,41

Poles

0


Poles

0,01


Poles

0,069

Trees

0


Trees

0,0004


Trees

0,41









Plot 5



Plot 5



Plot 5


Seedling

2,12


Seedling

0,089


Seedling

0,19

Sapling

0


Sapling

0,17


Sapling

1,41

Poles

0


Poles

0,01


Poles

0,23

Trees

0


Trees

0


Trees

0,05

4.3 Pembahasan

Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi tertentu. Lokasi yang dipilih adalah gunung Baung yang terdapat di kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Analisa vegetasi sangat berguna untuk membuat deskripsi vegetasi/komunitas yang diteliti. Melalui analisis vegetasi akan didapatkan informasi kuantitatif/ semi kuantitatif struktur atau komposisi komunitas tumbuhan teresterial.

Metode yang digunakan dalam praktikum analisa vegetasi ini adala Line transect atau metode transek garis. Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Metode sampling yang dilakukan adalah metode transek garis dan petak contoh (Line Transect Plot). Pada masing-masing lokasi penelitian dibuat transek garis sebanyak lima buah pada daerah sampling menggunakan tali rafia. Tali rafia ditarik secra lurus dengan menggunakan kompas tembak. Tali rafia yang dibutuhkan yaitu sepanjang 100 meter untuk membuat 5 buah plot. Sepanjang garis transek dibuat plot-plot berukuran 20 x 20 m yang ditempatkan secara acak. Setelah itu, selanjutnya dilakukan identifikasi jenis yang ditemukan pada masing-masing plot.

Tanaman yang ada di dalam plot diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan kategori seedling, sapling, poles dan trees. Tumbuhan yang termasuk dalam kategori seedling adalah tumuhan yang memiliki tinggi <1,5 meter. Tumbuhan yang termasuk kategori sapling adalah tumbuhan yang memiliki tinggi > 1,5 meter. Tumbuhan yang termasuk kategori poles adalah tumbuhan yang memiliki diameter 10-19 cm. Sedangkan tumbuhan yang termasuk kategori pohon adalah memiliki diameter <20 cm. Setelah itu, data yang diperoleh kemudian dicatat dan dilakukan perhitungan INP (Indeks Nilai Penting), dominansi dan Analisa Shannon. Selain itu, juga dilakukan pengukuran diameter batang setinggi dada (DBH = Diameter Breast Heigh) atau setinggi 1,3 m dari permukaan tanah menggunakan meteran fiberglass. Pohon yang memiliki percabangan di bawah ketentuan tinggi dada (DBH), pengukuran diameter dilakukan pada kedua cabang, dengan asumsi kedua cabang adalah batang yang berbeda. Tumbuhan yang memiliki proproot (akar tongkat), pengukuran dilakukan pada ketinggian 20 cm dari pangkal akar. Pada setiap plot dicatat tipe substrat dan diukur pH, suhu, dan salinitasnya sebagai data tambahan.

Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200. Pada praktikum ini diperoleh data bahwa indeks nilai penting untuk kategori seedling adalah 200 untuk seluruh data. Begitupula dengan kategori sapling yang juga memiliki indeks nilai penting 200. Namun berbeda dengan poles dan tree yang indeks nilai pentingnya bervariasi antara 200 dan 300. Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.

Dominasi dilakuaan untuk mengetahui tumbuhan apa yang mendominasi vegetasi hutan di gunung Baung. Menurut Irwanto (2007), suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu.

Struktur suatu komunitas tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan herba tanah. Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekwensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan. Dari praktikum analisa vegetasi ini diperoleh data bahwa kerapatan tertinggi terdapat pada seedling yang memiliki nilai kerapatan antara 30-40. Kemudian disusul oleh sapling yang memiliki kisaran kerapatan antara 0,01-13. Setelah itu kerapatan yang lebih rendah terdapat pada poales yang hanya memiliki kerapatan 0,0025-2,25. Kerapatan yang paling rendah terdapat pada tree yang memiliki nilai kerapatan antara 0,01-0,5.

3 comments:

Unknown said...

Lampirkan daftar pustakanya dong....
tengkyu....

Unknown said...

cantumkan dong daftar pustakanya...
sumber2 yang di ambil

Meirina said...

awalnya saya cantumkan, tapi saya diprotes sama teman-teman asisten di kampus saya karena dibilang terlalu memudahkan praktikan untuk mbacem alias menjiplak kerjaan orang...makanya mereka minta Dapusnya di cut :)