Pages

Monday, January 25, 2010

SEPENGGAL KISAH MENGENAI TIBET

Tibet adalah salah satu provinsi di Republik Rakyat Cina yang merupakan Daerah Otonomi Khusus RRC dan diberi nama Cina Xizang. Cina Xizang berarti berada di pegunungan Himalaya dan sering dikatakan sebagai puncak dunia. Tibet berbatasan dengan Nepal, Bhutan, India serta Xinjiang, Qinghai dan Sichuan di Cina. Mayoritas penduduknya beragama Buddha, dengan Lhasa sebagai ibu kotanya.
Dulunya Tibet adalah sebuah kerajaan merdeka yang mengalami interaksi maupun benturan terutama secara politik dengan dinasti-dinasti yang ada di dataran Cina. Raja Tibet diberi gelar Dalai Lama dimana Dalai Lama yang sekarang, Tenzin Gyatso adalah Dalai Lama ke-14. Dalai Lama adalah pemimpin negara Tibet dan sekaligus pemimpin keagamaan.
Tibet menjadi provinsi Cina setelah serbuan tentara merah Cina pada tahun 1950 ke wilayah ini, pada musim gugur 1951 pasukan Cina berhasil menguasai ibu kota Lhasa dan mendongkel Dalai Lama dari kekuasaannya. Dalihnya, Dalai Lama menolak kesepakatan kerjasama bertajuk "Rencana Pembebasan Damai Tibet" yang teorinya nampaknya menguntungkan Tibet, namun prakteknya Cina melakukan penindasan dan pembantaian terhadap kepala suku dan sejumlah pendeta ("Lama") yang dianggap membangkang, alasan lain Cina adalah "menghapus praktek penindasan bergaya feodalisme" di Tibet. Namun menurut beberapa analis internasional, Cina mengincar kandungan mineral yang terkandung didalam bumi Tibet.
Pada tanggal 17 Maret 1959, Dalai Lama berhasil meloloskan diri dari pengakapan tentara Cina ke India oleh usaha pelarian yang dipimpin oleh Gampo Tashi dan mendirikan semacam pemerintahan pelarian di Dharamsala, India utara hingga saat ini.
Rakyat dan pemuka Tibet sempat melakukan perlawanan terhadap pendudukan Cina yang menimbulkan banyak korban jiwa tersebut. Namun karena tidak seimbangnya kekuatan persenjataan dan tidak adanya perhatian internasional, perlawanan Tibet, khususnya pada dasawarsa 1970-an, berhasil dipadamkan.
Masalah Tibet menjadi ganjalan dalam hubungan internasional Cina dengan dunia internasional terutama hubungannya dengan Amerika Serikat. Namun setelah kunjungan presiden AS, Richard Nixon ke Cina yang mengawali kontak diplomatik AS-Cina, masalah Tibet dianggap terlupakan atau selesai sampai sekarang. Terutama setelah pemimpin kedua Tibet, Panchen Lama, menyatakan bergabung dengan Beijing pada awal dekade 2000-an.

Selesai atau tidaknya konflik antara Tibet dan Cina tidak benar-benar saya ketahui. Akan tetapi, dari sebuah buku yang berjudul Escape Over The Himalayas saya menyimpulkan bahwa konflik itu belumlah selesai. Para amala dan paala masih saja mengirimkan anak-anak mereka ke tempat pengungsian karena sulitnya perekonomian dan demi pendidikan yang lebih baik. Para biksu dipenjara dan diperlakukan layaknya binatang oleh tentara-tentara Cina. Karena itulah rakyat Tibet masih menganggap Dalai Lama sebagai Dewa dan Pemimpin mereka yang sah. Masih banyak pelarian menuju Dharamsala yang dilakukan oleh rakyat Tibet. Maslahnya bukan hanya sekedar kesulitan ekonomi, melainkan juga kebebasan dan kemerdekaan yang membuat rakyat Tibet melakukan pengungsian ke India Utara untuk bergabung dengan Dalai Lama mereka yang agung.
Kisah pilu rakyat Tibet itu tak ubahnya cerita rakyat kecil di Nusantara. Semoga kisah klasik itu dapat segera berakhir. AMIN

No comments: