Pages

Monday, January 04, 2010

Mangrove Dan Sebarannya



Hutan mangrove atau mangal adalah sejumlah komunitas tumbuhan pantai tropis dan sub-tropis yang didominasi oleh pohon dan semak tumbuhan bunga (Angiospermae) terestrial yang dapat menginvasi dan tumbuh di lingkungan air laut. Hutan mangrove disebut juga vloedbosh, hutan pasang surut, hutan payau, rawa-rawa payau atau hutan bakau. Istilah yang sering digunakan adalah hutan mangrove atau hutan bakau. Bakau sendiri merupakan nama pepohonan anggota genus Rhizophora . Istilah mangrove digunakan secara luas untuk menamai tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan baik pada ekosistem hutan tropis dan subtropics pasang-surut, meliputi pantai dangkal, muara sungai, delta, rawa belakang dan laguna. Kata mangrove merupakan perpaduan bahasa Melayu manggimanggi dan bahasa Arab el-gurm menjadi mang-gurm, keduanya sama-sama berarti Avicennia (api-api), pelatinan nama Ibnu Sina, seorang dokter Arab yang banyak mengidentifikasi manfaat obat tumbuhan mangrove. Kata mangrove dapat ditujukan untuk menyebut spesies, tumbuhan, hutan atau komunitas (Rusila, 2006).
Mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, pada garis lintang di antara 25oLU dan 25oLS di seluruh dunia, meliputi pantai tropis Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Sebagai perkecualian, mangrove ditemukan di selatan hingga Selandia Baru (38oLS) dan di utara hingga Jepang (32oLU). Faktor lingkungan setempat seperti aliran laut yang hangat, embun beku (frost), salinitas, gelombang laut dan lain-lain mempengaruhi keberadaan mangrove dalam batas-batas garis lintang di atas. Di Indonesia perkiraan luas mangrove juga sangat beragam. Giesen (1993) menyebutkan luas mangrove Indonesia 2,5 juta hektar, Dit. Bina Program INTAG (1996) menyebutkan 3.5 juta hektar dan Spalding, dkk (1997) menyebutkan seluas 4,5 juta hektar. Dengan areal seluas 3,5 juta hektar (dalam buku panduan ini), Indonesia merupakan tempat mangrove terluas di dunia (18 - 23%) melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha)dan Australia (0,97 juta ha) (Spalding, dkk, 1997). Walsh (1974) membagi dunia mangrove menjadi dua kawasan utama, yaitu kawasan Indo-Pasifik Barat yang meliputi Asia, India dan Afrika Timur, serta kawasan Amerika – Afrika Barat, berdasarkan keanekaragaman spesiesnya. Mangrove dari kawasan Indo-Pasifik Barat sangat terkenal dan beragam, terdiri lebih dari 40 spesies, sedangkan di Afrika Barat dan Amerika hanya sekitar 12 spesies. Terdapat perbedaan besar antara mangrove pada kedua kawasan ini. Dua genus utama mangrove, Rhizophora dan Avicennia, 6 memiliki spesies yang berbeda di kedua kawasan tersebut, mengindikasikan adanya spesiasi yang mandiri. Hal ini menunjukkan kawasan Indo-Malaysia, khususnya Indonesia merupakan pusat asal usul, keanekaragaman, dan distribusi mangrove.
Kebanyakan negara tropis, pada masa lalu memiliki hutan mangrove. Karena saat ini telah banyak kerusakan yang terjadi pada hutan mangrove maka banyak dilakukan suatu rehabilitasi dan restorasi terhadap lahan-lahan kosong yang berpotensi untuk ditumbuhi tanaman mangrove. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pelestarian tumbuhan mangrove yang memiliki berbagai potensi meguntungkan, baik bagi generasi saat ini maupun generasi mendatang.
Pasang surut dan aliran sungai dapat mempengaruhi suhu air, serta suplai nutrien dan oksigen ke sistem perakaran. Tanah di daerah pasang-surut biasanya lembek, berlumpur dan sering anaerob. Spesies yang kurang toleran terhadap garam sering ditemukan di bagian atas zona pasang surut atau di tempat tempat yang memiliki masukan air tawar. Spesies yang toleran dapat tumbuh pada zona pasang surut dimana tingkat evaporasi tinggi sehingga tanah lebih asin dari pada air laut (hipersalin). Tumbuhan mangrove memiliki keunikan dalam kemampuannya tumbuh di lingkungan yang dinamis ini.
Flora mangrove memiliki sistem perakaran yang khas, sehingga bias digunakan untuk pengenalan di lapangan. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Akar pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari system akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia.
b.      Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera sp..
c.       Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora  sp.
d.      Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera. 
e.      Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora , Avicennia dan Acanthus (Onrizal, 2005).

DAFTAR PUSTAKA 

  • Rusila , Noor . 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia . PHKA/WHP : Bog

  • Onrizal, Rugayah, & Suhardjono. 2005. Flora mangrove berhabitus pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk. Biodiversitas 6 (1): 34-39



No comments: