Pages

Wednesday, November 17, 2010

Kultur Jaringan Jati

Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi dan  termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami tumbuhan ini meliputi negara - negara India, Birma, Kamboja, dan Thailand. Di Indonesia jati merupakan tumbuhan eksotik yang dikembangkan untuk berbagai kebutuhan diantaranya untuk bahan bangunan seperti kusen, pintu, jendela, flooring, dll, juga sebagai bahan baku furniture seperti meja, kursi, lemari, perabor rumah tangga, dll. Penyebaran jati di Indonesia seperti di Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22°-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam (Irwanto, 2006).
Budi daya hutan jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran baik di dalam maupun  luar negeri di masa yang  akan datang.  Pada saat  ini pasokan kayu  jati lokal  diperkirakan  hanya  mampu  memenuhi  kurang  dari  30%  jumlah  permintaan  yang  ada.  Situasi  ini menyebabkan  harga  kayu  jati  terus meningkat  dari  tahun  ke  tahun. Di  lain  pihak  permintaan  ekspor  atas produk  hasil  olahan  kayu  dan mebel meningkat  tajam,  yang  akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan  permintaan (Irwanto, 2006).
Saat ini, telah tersedia dan dikembangkan tanaman jati unggul yang memiliki siklus umur panen relatif pendek (fast growing teak) yang berasal dari pohon induk terpilih. Namun, untuk menyediakan tanaman jati unggul dalam jumlah banyak sulit dilakukan hanya melalui perbanyakan konvensional (stek atau sambungan) saja. Oleh karena itu, saat ini banyak digunakan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.  Bahkan kombinasi antara teknik kultur jaringan yang menyediakan materi vegetatif yang bersifat juvenil dengan teknik stek pucuk untuk perbanyakan skala masal merupakan solusi terbaik dalam mendapatkan bibit unggul jati yang seragam, dengan biaya lebih murah, dan dalam waktu lebih singkat.
Selama pelaksanaan proses kultur, banyak sekali masalah yang muncul sebagai pengganggu atau bahkan menjadi penyebab tidak tercapainya  tujuan kegiatan kultur  yang dilakukan. Salah satu gangguan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kultur jaringan biasanya berasal dari individu tumbuhan atau eksplan yang digunakan. Misalnya, tumbuhan berasal dari alam/lapangan, kondisi tumbuhan yang terserang penyakit, dan bahan yang tersedia terbatas (Darmono, 2003).  
Tumbuhan yang berasal dari lapangan sudah pasti mengandung debu, kotoran, dan berbagai kontaminan hidup pada permukaannya atau bahkan pada bagian internal. Kontaminan yang berasal dari lingkungan tersebut bisa mengakibatkan tumbuhan terserang penyakit. Kondisi tumbuhan yang terserang penyakit atau terkontaminasi mikroorganisme baik eksternal (permukaan) maupun internal (bagian dalam jaringan), relatif sulit dikulturkan. Kesulitan perbanyakan tumbuhan yang terkontaminasi mikroorganisme dengan kultur  jaringan, yaitu bagaimana mematikan atau menghilangkan mikroorganisme dengan bahan sterilan tanpa mematikan tumbuhan (eksplan) (Santoso dan Nursandi 2002).
Menurut Gunawan (1987) bahan-bahan sterilisasi yang biasa digunakan umumnya bersifat toksik terhadap jaringan. Permasalahan lain yang sering terjadi pada kegiatan  kultur jaringan adalah peristiwa  browning (pencoklatan). Sandra (2003) mengemukakan bahwa setiap tumbuhan  akan mengeluarkan larutan fenol yang akan bereaksi dengan udara (oksigen) sehingga menghasilkan larutan berwarna coklat yang disebut  quinon. Larutan yang berwarna coklat tersebut jika terakumulasi pada media akan meracuni eksplan.
Menurut Sandra dan Medi (2002), sterilisasi merupakan permasalahan utama yang menentukan keberhasilan kultur jaringan, terutama sterilisasi eksplan yang berasal dari luar. Jika sterilisasi gagal maka kegiatan selanjutnya tidak bermanfaat. Zulkarnain (2009), mengemukakan bahwa sterilisasi pada eksplan dapat dilakukan dengan merendam eksplan dalam suatu larutan kimia tertentu dengan waktu yang berbeda-beda antar jenis eksplan dan sterilan yang digunakan.

 Daftar Pustaka
  • Darmono, D. W. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta: Penebar Swadaya
  • Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Laboratorium Kultur
  • Jaringan Tanaman Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB –
  • Lembaga Sumberdaya Informasi IPB.
  • Irwanto. 2006. Usaha Pengembangan Jati (Tectona grandis L.f). http : // www.irwantoshut.com. Diakses pada tanggal 14 Februari 2010 Pukul 18.30 WIB
  • Sandra dan Medi . 2002. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta: AgroMedia
  • Pustaka. Jakarta.
  • Sandra, E. 2003. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

No comments: