Pages

Thursday, March 10, 2011

Lingkungan Kultur

Faktor-faktor fisik lingkungan kultur harus dipenuhi, karena dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Faktor-faktor fisik yang dimaksud adalah:
a.      Cahaya
            Intensitas cahaya yang rendah dapat mempertinggi embriogenesis dan organogenesis. Cahaya ultraviolet dapat mendorong pertumbuhan dan pembentukan tunas dari kalus tembakau pada intensitas rendah sedangkan pada intensitas tinggi proses ini akan terhambat. Pembentukan kalus maksimum sering terjadi di tempat yang lebih gelap (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Menurut Yusnita (2003), secara umum intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada tahap inisiasi kultur adalah 40 Watt.
b.      pH
Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan kadar dari ion H+ dalam larutan (Hendaryono dan Wijayani, 1994). pH merupakan variable penting dalam media. Sel-sel tanaman dalam budidayanya secara in vitro memerlukan pH asam, dan kisaran pH optimumnya adalah antara 5,5 hingga 5,8 (Santoso dan Nursandi, 2003). George dan Sherrington (1984) dalam Fitrianti (2006), mengatakan bahwa manfaat pH dalam medium adalah untuk menjaga kestabilan membran sel, mengatur garam-garam mineral agar tetap dalam bentuk terlarut dan untuk membantu penyerapan hara. Yusnita (2003), menyebutkan bahwa pH diatur sebelum diautoklaf dengan nilai pH sekitar 5,8 dengan menggunakan pH meter dan biasanya dalam medium ditambahkan NaOH atau HCl sebagai buffer. Jika pH mula-mula lebih tinggi dari 5,8 larutan ditetesi dengan HCl, sedangkan jika lebih rendah ditetesi dengan NaOH.
c.       Temperatur
            Suhu yang dibutuhkan untuk dapat terjadi pertumbuhan yang optimum dalam kultur in vitro umumnya adalah berkisar antara 20°-30°C (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Temperatur antara 26-28°C merupakan keadaan dimana tanaman akan bertahan dengan berbagai cara dan melakukan pertumbuhan maksimum
d.      Kelembaban Relatif
            Kelembaban merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan kultur in vitro berbagai spesies tanaman. Kelembaban relatif dalam ruang kultur sekitar 70%, namun kebutuhan kelembaban di dalam wadah kultur mendekati 90% (Zulkarnain, 2009). Wetherell (1982) dalam Fitrianti (2006), mengemukakan bahwa kelembaban ruangan yang rendah akan menyebabkan penguapan air dari media kultur akan terlalu besar. Sebaliknya, kelembaban ruang kultur yang tinggi akan menaikkan derajat kontaminasi.

No comments: